Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Tulisan Anna kusimpan di laci. Nanti sore akan kubuat tulisan untuk menanggapi ulang analisis Anna. Kuraih guntingan koran lainnya. Kali ini direktur utama perusahaan yang kutelanjangi laporan keuangannya angkat bicara. Kulihat fotonya dengan jajaran direksi lain. Membuat konferensi pers. Isinya tunggal; menuntut aku.

Tulisan-tulisanku tentang perusahaannya dianggap mencemarkan nama baik perusahaan. Harga saham perusahaan yang dalam seminggu terakhir meluncur jatuh dianggap karena ulahku. Aku dituntut mengganti rugi sebesar 100 miliar rupiah. Wah, luar biasa tuntutan perusahaan klien wanita berparas ayu dengan dua anting di telinganya. Dari mana akan kututup uang tuntutan sebesar itu?

Sejenak berikut HP-ku berdering. Dari penyiar televisi. Katanya mau mewancarai aku. Tentang tuntutan perusahaan klien Anna. Jam dua belas tiga puluh wawancaranya. Kusetujui.

Kliping koran selesai terbaca. Laptop yang tadi sibuk dengan e-mail sekarang berganti dengan angka-angka saham. Harga saham perusahaan klien Anna semakin meluncur. Aku tersenyum. Aku berkelana memelototi saham lainnya. A ha , ini dia saham incaranku. Perusahaan milik negara yang sedang sibuk dengan pergantian direksi. Bukan karena direksi lama tidak becus. Tetapi ada pergantian penguasa. Direksi lama yang tidak punya cantolan politik terpaksa dilengserkan oleh penguasa baru. Saat yang tepat untuk membeli saham.

Segera kuhubungi Daniel, mitraku. Dalam percakapan singkat langsung terjadi kesepakatan; memborong saham perusahaan itu. Tugas Daniel berikutnya menggoyang lantai bursa dengan rumor-rumor tentang direksi baru perusahaan milik negara itu. Ketika rumor sedang panas-panasnya, saat tepat untuk menjual saham. Tentu dengan harga yang berlipat-lipat. Luar biasa, dalam sekejap perusahaanku akan mendapat keuntungan mahabesar.

Jam dua belas lebih tiga puluh. Aku sudah di depan kamera tivi. Membeberkan tentang skandal keuangan besar di tahun ini. Angka-angka ajaib laporan keuangan dari perusahaan klien Anna. Harga saham yang aneh. Setiap jam empat lebih lima puluh menit di hari Jumat pasti harga sahamnya terkerek tinggi. Aneh ini. Sepuluh menit lagi bursa saham di tutup. Kok selalu terjadi jual beli dengan angka fantastis.

Tiga puluh menit di layar kaca. Bertubi-tubi telepon datang ke redaktur televisi. Sebagian besar memuji analisisku. Sebagian kecil memaki. Para pemaki ini pasti gerombolan manajemen perusahaan itu. Kemungkinan besar Anna ikut memaki aku. Kubayangkan bibir Anna marah-marah di ujung telepon. Kuimajinasikan wajah cantik Anna berubah buas memaki-maki aku. Ah, memaki pun Anna masih tetap ayu.

Jam dua aku sudah terbenam dalam angka-angka saham. Segepok saham berinisial ATK masih tergenggam di tanganku. Kuajak diskusi Daniel. Kata Daniel, simpan dulu saham ATK. Dua hari lagi pasti akan terkerek harganya. Daniel, kupercayai nasihatnya. Jam tiga sore, tiba-tiba terjadi hiruk-pikuk di lantai bursa. Harga saham ATK yang aku kuasai dalam sekejap meluncur jatuh. Dari nilai Rp 1.575 turun tiga ratus poin menjadi Rp 1.275. Aku gelagapan. Nyaris berteriak. Semakin sore, mendekati penutupan, saham ATK semakin sakit. Lalu di ujung penutupan bursa, saham ATK terjun bebas sebanyak 520 poin. Harga saham menjadi Rp 1.055 per lembar saham. Imajinasi otakku langsung menghitung, ratusan juta melayang.

Aku tepekur diam. Tanpa ekspresi. Nyaris mati. Kubiarkan Daniel yang mencoba membuat seribu alasan. Ratusan juta hilang dalam sekejap. Bagaimana aku mempertanggungjawabkan peristiwa ini ke kantor pusat di New York sana ?

Pikiranku kacau. Metabolisme di tubuhku tidak karu-karuan. Lunglai. Sebelum akhirnya sebuah suara keluar dari HP-ku. Suara wanita berparas ayu dengan dua anting di telinganya, " Frappucino cream atau iced latte ? Jangan dijajah pekerjaan. Kutunggu kau di Starbucks."

" Iced latte !" segera kusahut suara Anna. Kuangkat tubuh. Kulangkahkan kaki. Di Starbucks Coffee, Anna sudah menunggu. Terhidang satu frappucino cream . Satu lagi iced latte .

" Ada film bagus. Bintangnya Tom Cruise. The Collateral . Kau sudah nonton?" tanpa ditunggu Anna sudah membuka bibir begitu aku menaruh tubuh di hadapannya.

"Belum. Hanya membaca resensinya saja.," langsung kuteguk iced latte . Senja hari. Apa yang lebih eksotik dibanding secangkir iced latte dan ditemani gadis ayu cerdas bernama Anna Karenina?

"Sayang Tom Cruise tidak mendulang Oscar di film itu. Oh ya, tadi aku diberi buku kumpulan puisi. Kekasihku . Penulisnya satrawan lokal, Joko Pinurbo. Sudah baca?" Anna bertanya. Kugelengkan kepala. Lalu dikais isi laptop- nya. Buku warna hijau. Diserahkan kepadaku. Joko Pinurbo, sastrawan generasi baru nan luar biasa. Kulahap beberapa puisinya.

Senja semakin merangkak. Mentari menghilang berganti bulan. Bintang-bintang di langit bermunculan. Jam mendekati angka tujuh. Kuselesaikan iced latte -ku.

"Anna, sudah jam tujuh. Three in one berakhir. Kita teruskan ngobrolnya besok pagi. Malam ini ada tulisan yang harus aku selesaikan. Terima kasih iced latte -nya," aku mengangkat tubuh. Sejenak kutatap Anna. Kusalami tangannya. Lalu kuangkat kaki. Dua langkah dari kursi, tiba-tiba Anna sedikit berseru. Kuhentikan langkah. Kubalikkan badan.

"Hari ini sahammu hancur. Aku yang menghancurkan. Hari ini kamu kalah," Anna menelanjangi wajahku."

"Dugaanku begitu. Pasti kamu yang melakukan. Hari ini aku memang kalah. Lalu?" kutanya Anna.

"Orang kalah layak dihukum."

Kubalikkan tubuh lagi,"Apa hukumannya?"

Anna menelan ludah. Menelanjangi wajahku. Lalu bibirnya terbuka. Berbisik. Sebuah bisikan yang sudah lama aku tunggu-tunggu.

"Malam ini, kau dihukum untuk menemani tidurku...."

Anna Karenina Wijayanti. Hari ini menjadi pemenang. Pemenang yang menghukum pecundang. Sebuah hukuman nan elok. Akan kujalani hukuman itu.

Lippo Karawaci, menjelang ulang tahun 2005

Sebelumnya: Bursa Efek Jakarta, Suatu Senja 1