Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Mungkin tubuh kalian dilambung begitu tinggi, kemudian terhempas kembali ke bumi. Begitu kuatnya lambungan itu, begitu kerasnya hempasan itu, badan kalian pastilah akan terkelosop, ya seperti penanaman cerocok, jauh aduhmak jauhnya ke dalam tanah. Tak sekali, dua, tiga atau empat, entah berapa --pokoknya berkali-kali.

Kalian tak mungkin lagi dikenal, bahkan tak pasti lagi warna badan kalian yang menjadi bubur itu. Mungkin hitam, kecoklatan, kuning air, atau gabungan dari semua warna itu. Mungkin, bercak-bercak merah dan kuning air yang terlihat dari kejauhan adalah darah kalian. Hitam dan kecoklatan bisa saja bagian dari tubuh kalian yang sudah bercampur material-material lain, tak saja batu, tetapi juga tumbuh-tumbuhan, dan entah apa lagi. Lalu, dalam keadaan ini, berbagai bau tak dapat diuraikan lagi; entah busuk, entah amis, entah anyir, mungkin juga harum.

Tak mungkin kalian dapat mendengar suara itu lagi: Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak...Buar...Bum, bar, keletak, keletuk... Pus... dar... Keletas...tas...keletak... Keletak, keletuk, tuk, tuk, tak, keletak...Bum, bar, keletak, keletuk...Buar... Pus... dar... Siung... Sing... Buar... buar... buar... Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak... Keletas... tas...keletak... Bum, bar, keletak, keletuk... Buar... Pus...dar... Siung...Sing... Buar... buar.... buar... Grrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr... Dam... Dam... Dam... dam... dam... Dam... Dam... ... Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak... Buar... Bum, bar, keletak, keletuk... Pus... dar... Keletas... tas... keletak... Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak... Siung... hSing... Buar... buar... buar... Grrrrrrrrrrrrr rrrrrrrrrrrrrrrr... Dam... Dam... Dam... dam... dam... Dam... Dam... ...Mana mungkin lagi kalian mendengar suara semacam itu karena suara tersebut mungkin saja berasal dari badan kalian yang berguling-guling dan terlambung-lambung.

Mana mungkin pula kalian tahu secara persis bagaimana gaya gerakan badan kalian yang bergulung-gulung atau melambung-lambung, juga mengenai warna, bau, dan bunyi, akibat itu semua. Apalagi benda-benda yang ikut bergulung-gulung dan melambung-lambung tersebut dapat dipastikan bukan saja bersumber dari badan kalian, tetapi sesungguhnya begitu banyak benda-benda lain. Hutan dengan berbagai isinya, sungai dengan berbagai isinya, bahkan alam dengan berbagai ragamnya, pun dilanggar bebatuan. Rumah, sekolah, jalan, kebun, kantor-kantor, tak luput dari terjangan batu-batu. Aduhai, sejumlah orang juga menjadi korban batu-batu.

Aduhai, apakah yang dapat kalian rasakan ketika mendengar cerita tentang sejumlah orang digulung-gulung dan dilambung-lambung bebatuan? Kalian tak percaya?

Mungkin kalian akan mengatakan, bukankah masih ada upaya untuk menghindar dari serbuan batu-batu tersebut. Suara gerakannya terdengar keras, bahkan dari jarak satu kilometer --di tempat kalian berdiri sekarang. Baunya tercium amat menyengat, apalagi dibawa angin. Pun waktu yang terbentang sejak kejadian batu-batu itu diketahui orang, tidak pula pendek. Semuanya dapat dijadikan tanda akan adanya ancaman.

Masih banyak alasan yang memungkinkan bagaimana ancaman tersebut dapat dihindari. Gulungan batu itu cepat memang, lambungan batu itu tinggi dan cepat sudahlah pasti. Tapi satu hal yang pasti juga, daya tempuh batu tersebut tidak laju, cukup lambat. Maka kawasan yang dilanda batu juga tidak segera meluas. Paling dalam satu atau dua jam, lahan yang dilanggar batu tidak sampai bertambah lebih dari lima meter. Gerakan dalam gulungan dan tirai batu itu seperti lebih dahulu memamerkan kekuatan dan kebuasan, baru kemudian melakukan tindakan dengan cara menutup lahan dengan dirinya sendiri.

Jadi, bukan sesuatu yang tiba-tiba. Tidak seperti terjangan air bah atau tanah longsor. Tidak seperti sambaran angin puting beliung di tengah lautan. Tidak, sekali lagi tidak. Masih tersisa begitu banyak waktu untuk menghindar. Dengan ketersediaan waktu itulah, kesigapan dan ketangkasan tidak dituntut benar untuk menghindarkan diri dari sergapan batu-batu tersebut. Itulah pula sebabnya mengapa kalian tidak perlu begitu cemas menyaksikan bebatuan tersebut dari jarak tertentu dengan kepastian tidak sebagai pelancong. Ya, kalian menyaksikan sesuatu yang unik, tetapi karena mengandung begitu besarnya ancaman, pemandangan tersebut tidak menempatkan dirinya sebagai obyek wisata.

Kalian tidak percaya, bagaimana sejumlah orang seperti dengan sengaja menyerahkan diri pada gulungan dan tirai batu. Seperti pada senja yang muram itu, keluarga Atan --ia dan istri, juga tiga anaknya-- digulung dan dilambungkan batu. Kami tak sempat menolongnya, bukan menolong karena keluarga Atan tidak pada posisi yang mengharuskan pertolongan, sehingga lebih tepat dikatakan tidak mampu mencegah mereka. Tapi masih sempat kami tangkap kalimat yang keluar dari mulut Atan:

Batu belah batu bertangku
Telan kami sekali tangkup
Kami kempunan harta negeri

Next
Previous