Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

"Kau mau aku tidak bisa tertawa dan menangis untuk selamanya kan ? Kau kira semudah itu?" Suaranya terdengar sampai di tempat aku berdiri.
"Lalu apa maumu?" kudengar nada suaraku setengah putus asa.

Aku berjalan gontai dengan bahu lesu kembali ke tempat dudukku. Aku merasa seperti ada sebuah bahaya laten yang mengancamku. Naluriku mengatakan bahwa perempuanku sekarang lebih berbahaya dibanding lima tahun lalu.

"Jangan main-main dengan perempuan!!!" jawabnya cepat dan tegas.
"Apa?!"

"Jangan main-main dengan perempuan!!!" Ia mengulangi kalimatnya.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu..."

"Baik. Sekarang giliranmu untuk duduk dan mendengarkan kata-kataku. Tutup laptopmu. Karena aku muak dengan semua tulisanmu yang gentayangan di dunia perempuan. Sekarang aku ingin kamu menulis tentang laki-laki!" perintahnya seperti seorang juragan.

Nah…nah…nah…, inilah salah satu alasan kenapa aku memasungnya lima tahun lalu. Ia benar-benar seperti seorang juragan, seorang boss, seorang atasan, seorang direktur, kalau sudah mengeluarkan kata-kata. Ia perempuan yang bisa membuat kebanyakan orang mengiyakan semua kata-katanya.

Tetapi, tidak aku!
Justru aku adalah orang yang membuatnya mati dari kata-kata. Memasungnya mati dari emosi. Membuatnya tidak peduli dengan dunia sekitarnya. Kusibukkan ia dengan mencari mulut, sel-sel kelabu, semangat, dan air matanya.

Perempuanku mengambil posisi duduk di depanku. Ia pandangi aku dengan matanya yang berapi. Lalu mulai bicara lagi dengan lidahnya yang berapi pula.

"Aku ingin kamu menulis tentang laki-laki!" Ia mengulangi kata-katanya.
"Aku tidak bisa..."

"Harus bisa!" potongnya cepat. "Sudah terlalu banyak dan sudah terlalu lama perempuan dipermainkan dari segala segi. Coba kamu lihat semua iklan di televisi, mulai makanan, sabun, elektronik, pakaian dalam, obat datang bulan sampai obat panu kadas dan kurap, semua memakai perempuan," ia mulai nyerocos dengan intonasi suara yang semakin lama semakin tinggi.

"Itu namanya perempuan mempunyai nilai jual karena indah dan menarik."
"Bah! Perempuan mempunyai nilai jual? Apa maksudnya perempuan itu menarik? Lalu dengan alasan menarik itu kalian, kaum laki-laki, dengan seenaknya saja mempelajari dan membedah perempuan bukan saja secara visual tetapi juga secara riil. Dokter-dokter kandungan mengobok-obok perempuan mulai dari labia mayora, labia minora, saluran falopii, uterus, bahkan menjadikannya kelinci percobaan untuk proses inseminasi, bayi tabung, bahkan mungkin program cloning di kemudian hari, dengan alasan kemajuan ilmu kedokteran."

"Itu namanya kodrat. Karena itu perempuan berharga..."
"Apa katamu?" Ia seperti harimau meradang.
Matanya semakin berapi. Lidahnya semakin membara.

"Perempuan berharga?! Kalau perempuan berharga kenapa undang-undang perkawinan hanya mengatur tentang poligami? Kenapa tidak mengatur tentang poliandri? Kenapa kalau perempuan tidak bisa memberikan keturunan bisa menjadikan alasan bagi laki-laki untuk kawin lagi? Bagaimana dengan laki-laki yang impoten, azospermia, ejakulasi dini, atau apa saja namanya..., bisakah dijadikan alasan buat perempuan kawin lagi? Di mana hukum perkawinan kita menempatkan bahwa perempuan itu berharga?"

"Ah…kau lebih baik menjadi aktivis perempuan dan ikut demo di bundaran Hotel Indonesia saja sambil membawa spanduk besar-besar membela hak asasi perempuan," aku mulai kalah omong.

Nah…nah…nah…, wajar kan kalau perempuanku kupasung lima tahun lalu? Memang semua yang dikatakannya benar dan masuk akal. Tetapi juga benar-benar membuat posisi laki-laki berbahaya.

Next
Previous