Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Orang Bernomor Punggung

Cerita Pendek Azhari

Dua puluh satu kali ia sudah memalingkan wajahnya ke belakang. 21 kali pula ia lihat ada barisan raya yang mengejarnya. Dalam lari, dalam dengus nafas yang memberat ia merasakan barisan raya itu kian merapat, tinggal setombak, lalu sedepa, dengan semena menyentakkan ujung bajunya. Merebahkannya. Meringkusnya.

Ia terus berlari. Lewat lubang telinganya yang menyesak ia dengar raung yang menghasut. Lewat pincing matanya ia lihat puluhan anak panah, bukan puluhan, ratusan anak panah menyongsongnya dari belakang. Juga beliung, kapak, dan tombak. Ia bungkukkan badannya serupa babi menyuruk, ia berlari sambil menyujudkan badannya. Menghindari segala serbuan.

Ia berlari menyibak perdu, melompati sungai, menerabas segala rimba, menjauh dari barisan raya yang tambah menyungkup, tambah mendekat. Ia terus berlari.

Ia alit. Tapi badannya tegap. Pun hitam legam. Seluruh badannya dipenuhi bintik-bintik bekas terserang sesuatu yang kelak kita menamakannya sebagai cacar.

Ia datang ke kampung itu tiba-tiba. Ia datang seperti wabah yang tak hendak kembali. Ia ditemukan oleh para pencari rotan tersungkur di antara pematang tinggi yang mengapit dua ngarai. Ia sepertinya habis menaiki ngarai yang memang curam itu dengan susah-payah. Orang itu sekarat. Matanya yang tertutup bagai menyerapahi maut kenapa tak segera menghampirinya. Kalau kau sibak sedikit saja kelopak yang tertutup itu kau akan melihat ketakutan yang luar biasa di sana. Seluruh tubuhnya dicabik onak hutan.

Lalu para pencari rotan mengusungnya ke balai kampung. Orang kampung merawatnya. Menyembur seluruh tubuhnya dengan air sirih.

"Ia kepergok Pook," kata sang penyembur sirih. Pook adalah roh pemilik hutan. Para wanita yang menyaksikan kejadian itu menyungkup bayi-bayi mereka di kebusungan dadanya, mengucapkan lafaz penolak-bala agar bayi-bayi mereka tak terkena. Dan mereka meninggalkan tempat di mana orang itu dilentangkan --pada sebuah balai dari bambu-- sambil menggiring kanak-kanak.

Sebelas hari lamanya ia dalam perawatan. Sampai kemudian ia dinyatakan bugar kembali. "Wahai anak muda. Sekarang kau telah bugar. Kami telah menjalankan kewajiban menolong sesama manusia. Nah, sekarang kau boleh pergi," begitu kata tetua kampung setelah kesembuhannya.

Ia tak menjawab. Selama sebelas hari ia memang tak berbicara sepatah kata. Cuma mengangguk. Cuma menggeleng. Ia ketakutan luar biasa.
"Ia bisu!?" seru seseorang di tengah kerumunan. Ihwal sesuatu orang kampung memutuskannya di tempat terbuka dan diketahui khalayak.

"Tidak. Ia tidak bisu. Cuma ketakutan. Ia masih membayangi Pook," kata tetua kampung.

"Baiklah anak muda. Waktumu sebulan. Untuk sementara kau tinggal di rumahku. Setelahnya kau boleh pergi. Terserah. Atau kau mau menetap tinggal di kampung ini. Maksudku, tidak di dalam kampung. Di luar kampung kau boleh bangun rumah jauh dari pemukiman kami. Di batas kampung dengan hutan. Aku harus arif, banyak orang kampung masih gentar dengan kehadiranmu, mereka takut Pook mendatangi kediaman mereka karena mencium bau kau di tengah-tengah kampung. Dan itu tentunya menimbulkan masalah bagi mereka!" kata tetua kampung mengakhiri pertemuan itu.

Begitulah orang itu tidak pergi, tapi memilih membangun rumah di batas kampung dengan hutan. Ia membangun sebuah rumah kecil sendiri, dan menolak dengan halus ketika orang kampung ramai-ramai menawarkan tenaga mereka. Ia mengatakan bahwa selama ini orang kampung telah banyak menolongnya.

Berbilang tahun ia tinggal di gubuk kecil batas antara kampung dan hutan. Ia sudah beristri pula. Ia persunting seorang gadis kampung. Untuk menghidupi keluarganya ia menjadi pembelah kayu. Tiga hari sekali ia akan mengangkut kayu di dalam hutan. Menumpuknya di dekat perigi yang digalinya sendiri. Seminggu lamanya ia akan membelah gelondongan itu menjadi kayu-kayu kecil, disatukannya dalam ikatan-ikatan kecil sepelukan besarnya. Ia tidak membawanya ke pasar. Tapi orang-orang akan datang ke tempatnya untuk membelinya sebagai kayu bakar.

Next