Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

"Terang saja punggungnya berjimat."
"Ia Pook!"

"Siapkan pembakaran. Ia titisan wabah," perintah tetua kampung.
"Ia harus dibakar," seru yang lainnya.

Orang kampung bersegera menyiapkan upacara tolak bala. Si Bernomor Punggung harus dibakar hidup-hidup. Juga rumah dan isinya. Berat memang bagi orang kampung mengingat kebaikan hati si Bernomor Punggung, tapi adat harus dijalankan. Dengan itulah mereka berharap kampung dapat diselamatkan dari wabah.

Dan sungguh si Bernomor Punggung menerimanya dengan ikhlas. Ia tak mengerti kenapa ia harus dibakar. Sama seperti orang kampung tak mengerti kenapa ia tak terkena wabah, dan berajah 81. Dengan kapak di tangan, si Bernomor Punggung duduk di ruang tamu menunggu api yang berjilat-jilat membakar tubuhnya. Perihal rajah si Bernomor Punggung membawanya sampai ajal. Sampai daging tubuhnya berderik, tulang-tulangnya mengertap dipanggang api.

Prosesi banal itu dijalankan hampir malam. Masing-masing orang kampung memegang satu suluh, suluh dari buluh yang ujungnya disumpal dengan daun kelapa kering. Melingkar mengepung rumah. Sebuah suluh dilemparkan ke atap rumah pada pusingan pertama. Sebuah lagi pada pusingan kedua. Atap memerah. Diikuti dinding. Suluh-suluh dilemparkan pada pusingan berikutnya. Api mengerucut. Menderitkan kayu-kayu sanggaan yang patah. Orang-orang memberai dari lingkaran. Menanap dari jauh. Bayang api menari-nari di permukaan pipi setiap orang. Terdengar sayup isak istri si Bernomor Punggung dengan suluh di tangan yang urung dilemparkan. Seorang bocah memegang erat sebelah tangannya yang lain. Seorang bocah dengan manik mata memerah menyaksikan tumpukan api. Pun kanak-kanak lain dengan manik mata memerah menyaksikan liuk api.

21 kali ia dengar sayup isakan itu. Dalam api, dalam dengus yang memberat ia merasakan panas kian mendekat. Menyengat segala bulu dan kulit. Ia masih merasakan harum dagingnya yang terbakar. Ia merasakan ketakutan itu kembali. Ketakutan saat diburu barisan raya yang mengejarnya. Mengejar buron kerajaan dengan nomor punggung 81. Panas tambah menyungkup. Tambah merapat.

Azhari. Lahir 5 Oktober 1981 di pinggir Banda Aceh. Menulis esai dan cerita yang terhimpun di dalam lebih sepuluh antologi bersama, dan di koran-koran lokal dan nasional. Mengeditori beberapa buku. Cerpenis terbaik nasional 2003 (versi Depdiknas dan CWI). Mengurus Komunitas Tikar Pandan Banda Aceh, sebuah kantong budaya yang di dalamnya terdiri atas: kelompok diskusi (Metamorfosa Institut), ruang

Previous