Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Sepintas Lalu

Cerita Pendek Aribowo

Sepintas lalu Paul Sintli Joyodigimin melihat perempuan itu di pojok cafe Tunjungan Plasa, di satu siang yang panas. Dari jauh Paul Sintli Joyodigimin melihat perempuan itu ketawa manja di pangkuan seorang laki-laki hitam besar. Dia dikelilingi 4 laki-laki bertubuh besar. Para laki-laki itu sebentar-sebentar ketawa sambil mencubit manja perempuan itu. Dari jarak jauh Paul Sintli melihat perempuan itu bagai boneka Barbie yang sedang ditimang-timang 5 laki-laki. Tubuhnya seolah dilemparkan dari satu tangan ke tangan besar lainnya disertai gelak tawa yang keras. Tubuh perempuan itu bagai kapas: dilempar-lemparkan, digoyang-goyang, dicubit-cubit, dan digendong-gendong. Dalam pandangan sepintas lalu itu Paul Sintli Joyodigimin merasa seperti menonton film. Tapi entah film apa. Entah sesuatu yang lain apa, sesuatu yang riang apa, sesuatu entah apa dan di mana.

Tidak dinyana keesokan harinya Paul Sintli Joyodigimin melihat kembali perempuan itu berjalan tergopoh-gopoh di dalam Surabaya Plasa. Di antara kerumunan pengunjung perempuan itu bergerak cepat bagai bayangan ketakutan. Tubuh sintal itu seolah berkelebat-kelebat menyalip setiap orang. Lalu di pojok ruang perempuan itu menyaut gagang telepon umum dan akhirnya dia berkata habis-habisan. Matanya yang besar bulat melotot seperti sedang dicukil ketika berkata-kata di depan gagang telepon. Tidak lama kemudian tampak air matanya muncrat-muncrat. Dalam pandangan sepintas lalu itu Paul Sintli Joyodigimin menyaksikan perempuan itu berbicara terus-menerus sambil menangis lebih dari dua jam. Suaranya menyalak-nyalak, badannya bergoyang-goyang, ludahnya muncrat-muncrat, dan tangannya berkali-kali memukul-mukul perutnya. Paul Sintli Joyodigimin tak bisa mendengar sepotong pun kata-kata perempuan itu, seperti ribuan orang yang ada dalam plasa, sehingga tak bisa dirasakan sedikit pun kata pedih perempuan itu kecuali air matanya yang terus-menerus muncrat. Terbersit sedikit oleh Paul Sintli untuk memberi kata-kata dari drama sepintas lalu perempuan itu dalam buku catatannya, tetapi mendadak dia batalkan: "ah, apa yang bisa diambil dari dunia sepintas lalu, kecuali serpihan kertas kosong jalanan?"

Dua jam perempuan itu terjerembab. Badannya lemas menggelepar di lantai. Badan sensual dan berambut panjang itu beberapa menit tersungkur di atas lantai tak bergerak sedikit pun. Bagai mayat. Setengah jam kemudian dia bangun kembali dan langsung disautnya gagang telepon. Dia bicara lagi, keras-keras, lalu kepalanya geleng-geleng, dan akhirnya nangis terguguk-guguk. Dibantingnya gagang telepon. Sebentar kemudian direnggutnya gagang telepon kembali: bicara lagi. Keras-keras. Kakinya mencak-mencak. Dengan agak kasar dia ambil botol kecil air aqua dari dalam tas kecilnya dan kemudian diminum cepat-cepat sambil mulutnya terus bicara di depan gagang telepon

Setelah kesal bicara melalui telepon perempuan itu naik ke lantai 3. Dia masuk ke cafe. Di dalam cafe ternyata telah berkumpul 5 laki-laki bertubuh besar. Perempuan itu segera dipeluk-peluk oleh 5 laki-laki itu. Suara ketawa meledak di antara 5 laki-laki dan perempuan itu. Dari jauh, secara sepintas lalu, Paul Sintli Joyodigimin seolah-olah melihat perempuan itu bagai boneka Barbie dilempar-lempar dari satu tangan besar ke tangan besar lainnya. Dari satu pelukan ke pelukan lainnya. Sambil badan sensual perempuan itu dipijit-pijit. Tiba-tiba Paul Sintli Joyodigimin mengambil buku catatannya dan menulis pendek: "Apakah ini goa angs?" Tiba-tiba Paul Sintli Joyodigimin menyangkal sendiri. Menyangkal berkali-kali, berkali-kali. Tapi catatan pendeknya tak dihapus pula.

Next