Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

"Menyebalkan," kata Nenek Jamilah setelah lelaki tua yang banyak bicara itu pamitan. "Mengulang cerita sukses masa lalu adalah ciri-ciri kegagalan seseorang di masa kini," lanjut Nenek Jamilah sinis.
"Nenek membenci seniman foto tua itu?" tanya Kemala.
"Tidak benci sama sekali, tapi aku tidak suka saja sama dia."

"Mengapa Nenek tidak menyukainya? Lantaran dia banyak omong? Atau, karena dia selalu mengulang-ulang kisah suksesnya di masa silam itu? Wajar, Nek, bila seseorang berkisah tentang sukses masa lalu. Masa, sih bercerita tentang keberhasilan masa depan! Itu namanya masih impian, bukan?" Kemala berkata sambil tertawa-tawa, menggoda neneknya. Tiba-tiba Kemala terkekeh sendiri, saat Nenek Jamilah menjemur bantal di belakang. Cepat Kemala mendekati neneknya.

"Mau menggoda apa lagi, hem?" tanya Nenek Jamilah.
"Aku tahu, mengapa Nenek enggak suka pada seniman foto itu," kata Kemala. "Cinta Nenek ditolaknya, ya? Ha ha ha!" Pecah gelak tawa Kemala pagi itu.
"Tak uus, ya?" balas Nenek Jamilah. "Sejak muda, aku tidak menyukainya."
"Tapi, ketidaksukaan ada alasannya dong, Nek!"
"Tidak perlu!"

Malam Minggu berikutnya, batuk-batuk fotografer tua itu makin sering saja. Saat tidur pulas, dengkung-dengkung batuknya memecah keheningan malam. Nenek menggerutu. Kesal berat dia.
"TBC dia, barangkali!" kata Nenek Jamilah seraya ke kamar mandi. Dia berwudhu dan salat tahajud. Kemala mengikutinya tanpa berkata sepatah pun.

Paginya Kemala lari-lari pagi seperti biasa dan berhenti di simpang tiga lagi setelah lelah. Gadis itu menyukai simpang tiga yang dinaungi batang jati tinggi berdaun rimbun. Di sana, dia menghirup udara segar dan dapat memandang ke segenap arah. Di simpang tiga itu pula, Kemala selalu bertanya, mengapa Nenek Jamilah selalu sinis kepada si fotografer tua itu? Mengapa pula, Nenek melarangku menjadi modelnya?

"Aku tidak butuh uang dari dia, puuuh!" kata Nenek Jamilah sambil pura-pura meludah suatu pagi, ketika Kemala menyebut-nyebut uang honorarium sebagai model.

Ketika tiba di rumah pagi itu, Kemala terkejut saat melihat rumah sang fotografer tua dikunjungi orang banyak. Mobil-mobil bagus parkir di halaman rumahnya. Nenek Jamilah sudah di rumah itu. Kemala langsung menuju ke sana . Fotografer tua yang hidup sendiri itu meninggal dunia sehabis Subuh. Tukang cuci pakaiannya, yang datang pagi itu, yang mengetahui kematiannya.

Dokter langganan sang fotografer tua itu datang setelah ditelepon Ketua RT. Stroke adalah penyebab kematiannya, di samping kanker paru-paru yang sudah lama parah. Begitu kesimpulan dokter. Ketua RT pula yang bercerita bahwa almarhum tetap lajang sampai akhir hayatnya.
Nenek Jamilah dan Kemala ikut mengantarkan lelaki malang itu ke pemakaman.

"Aku telah ikhlas memaafkannya," kata Nenek Jamilah kepada Kemala dalam perjalanan pulang. Berulang-ulang perempuan keras hati itu menyeka air mata dengan selendang hitamnya.
"Sebenarnya apa yang telah dilakukannya kepada Nenek?" tanya Kemala. "Dia tidak melakukan apa-apa kepadaku," jawab Nenek.
"Lantas, mengapa Nenek tidak menyukainya?" desak Kemala setiba di rumah.

Nenek Jamilah mengatakan, dia mau shalat Dhuha dulu. Setelah itu, dia akan menjawab pertanyaan Kemala. Saat itu pukul sebelas lewat lima belas menit. Nenek Jamilah mandi di kamar mandi belakang. Kemala di kamar mandi depan. Mereka salat sunah Dhuha di kamar masing-masing.

"Nama lengkap fotografer itu adalah Ahmad Dimejad. Semasa muda, dia dan kakekmu bersahabat. Ketika orang-orang politik mengelompokkan masyarakat jadi terkotak-kotak, hubungan Ahmad Dimejad dan kakekmu jadi renggang. Bahkan, kedua orang yang semula sohib itu jadi berseberangan. Terakhir, Ahmad Dimejad memfitnah kakekmu. Katanya, kakekmu yang kritis dan revolusioner itu adalah kader PKI. Buntutnya, pada tahun 1966, kakekmu diculik orang-orang tidak dikenal dan tidak kembali hingga kini." Nenek Jamilah bercerita sambil menyeka air matanya.

Menurut Nenek Jamilah, Ahmad Dimejad sakit hati karena lamarannya ditolaknya. Jamilah memilih kakek Dullah sebagai suaminya.***

Previous