Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Kontraktor harus membuat laporan sesuai bestek,kusen-kusen dari kayu jati dan bengkerai. Aku benci fakta. Aku biasa berdusta. Muak dengan kejujuran.Tapi akhirnya aku capek. Lelah.Perut istri dan anakku terlalu banyak diisi yang haram. Sehingga mereka menjadi jahat.Istri tergila-gila dengan seorang gigolo yang sebaya anaknya.Anak putriku, hamil dengan laki-laki yang ia sendiri lupa siapa namanya. Ini sungguh gila.Tapi ini fakta.Aku tidak suka fakta.Aku kaget. Shock. Depresi. Jika proyek yang aku urus dengan mudah aku bermain-main dengan angka,merekayasanya menjadi wajar dan rasional.

Tetapi istriku yang kabur dengan gigolo dan anakku yang bunting. Bagaimana aku merekayasanya ? Aku tidak bisa menerima fakta. Aku tidak biasa hidup dengan fakta. Satu fakta lagi menyusul.Aku dipecat dengan tidak hormat.Polisi memburuku. Aku korupsi katanya.Aku sadar aku memang telah mencuri uang rakyat.Tapi aku tidak sendiri. Bukankah uang itu juga aku setor ke atas dan kanan-kiri.Ini fakta.Tapi tidak pernah jadi fakta karena aku tidak mempunyai bukti otentik.Gila.Aku merasa seperti anjing kurap yang ditinggalkan di jalan menunggu digilas oleh mobil yang lewat.Ini permainan yang gila. Jika tersangka korupsi pura-pura sakit itu biasa.

Aku mencari model baru. Aku pura-pura gila. Bukankah orang gila akan terbebas dari hukum ? Bahkan kalau seandainya aku membunuh, memerkosa, merampok, tidak ada jalan bagi hukum untuk menjerat. Pada awalnya aku agak tersiksa purapura gila. Risih, harus memakai baju penuh tambalan.Tertawa sendiri.Makan dari bak sampah.Tapi lama-lama aku merasakan kenikmatan. Aku sempat dikirim di rumah sakit jiwa. Itu lebih baik daripada aku dikirim ke penjara.Sebagai orang gila aku leluasa menggoda suster, mencolek pengunjung yang bahenol, atau pipis dan berak sembarang tempat.Aku bisa melakukan yang tidak bisa dilakukan orang waras.

Tetapi aku tidak kuat lama-lama di RSJ. Aku kabur. Tentu lebih mudah kabur dari RSJ daripada dari penjara. Aku lari. Aku ingin pulang.Tapi semua hartaku musnah. Sebagian disita negara.Sebagian yang lain dibawa kabur istriku dengan PILnya. Aku shock.Depresi.Inifakta,bukan fiksi sebagaimana laporanku. Aku telah kehilangan semuanya. Aku menangis. Tertawa sendirian. Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Pikiranku tak bisa dikontrol. Perbuatanku seperti sebuah refleks yang tak beraturan.Menangis.Tertawa.

Tapi aku semakin merasakan kemerdekaan jadi orang gila.Aku mulai tidak tahu,aku pura-pura gila atau memang sudah gila sungguhan.Yang pasti lama-lama aku betah jadi gila.Aku menikmati menjadi gila.Aku merasa bahagia menjadi gila.Dulu juga sudah gila. Dengan segala kekuatan aku akan mempertahankan keadaan gila. Aku tertawa. Mengekspresikan kebahagiaan. Sastro gigi si gigi kuning ikut tertawa. ” Kita ini sudah gila sungguhan.” Kata Satro ”Kamu sedih menjadi orang gila ?.” ” Gila itu pilihan hidup. Tentu dengan berbagai risiko. Dulu kita gila dengan membunuh hati nurani.Menolak fakta.Membiasakan diri hidup dengan rekayasa. Mengepras uang proyek. Merampok raskin.Uang JPS.Kita sebut uang lelah.

Uang transport.Uang syukuran.”Sastro berhenti.Wajahnya kelihatan semakin jelek dan culun ” Sekarang gila kita sudah masuk fase paripurna.Kita gila sungguhan.Hidup tidak di atas fakta lagi.Tapi di awangawang. Tertawa saat orang –orang sedih. Bukankah itu sama gilanya dengan kita dulu saat kita masih menjadi pejabat. Kita tertawa setelah mengambil uang JPS dan raskin. Si miskin menangis uangnya dipotong. Tetapi tidak berani bicara.Sedang kita tertawa terbahak-bahak. Berkaraoke. Ngorok di hotel.Makan pindang bule di ranjang-ranjang hotel.” ” Ini pengakuan dosamu !” sergahku cepat Ia tertawa lebar. Gigi kuning terlihat lagi.

”Kamu sendiri bagaimana ?” Aku terdiam. ”Yang aku katakan tadi fakta, kan !? Bukan data yang telah disihir.” ” Sejak kapan kamu bisa membedakan fakta dan rekayasa !?” ” Sejak menjadi gila pada tingkat paripurna.” Aku tertawa. ”Sama dengan kamu,iya kan !” ”Mungkin.” ”Kok,mungkin.Yang pasti dong.” ” Otakku sudah error. Tidak bisa membedakan fakta dan bukan fakta. Aku gila itu fakta atau bukan. Istriku lari dengan gigolo itu fakta atau fiksi. Anakku bunting itu fakta atau fiksi. Kemudian aku dipecat. Disidang di meja hijau. Ditudung korupsi. Purapura gila.Lalu jadi gila sungguhan, itu fakta atau bukan !?.” Sastro tertawa. Dia sudah gila.Aku semakin tidak menyadari apa sesungguhnya terjadi. Fakta atau rekayasa.Aku tertawa sendiri. Menangis sendiri. Di sepanjang trotoar yang ramai.

***

Tuban,20 Des 2007

.

Previous