Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Sebagai penulis non fiksi, aku harus pintar memainkan peran. Aku pernah rela tidur di kolong jembatan sungai Nil hanya untuk merasakan bagaimana rasanya hidup menjadi seorang gembel yang selalu dikejar-kejar aparat. Dulu, aku pernah mencoba selama seminggu menjadi seorang bawwab. Ya, bawwab apartemen. Yang kerjanya menjaga dan membersihkan apartemen. Dan tempatku bekerja adalah apartemen bertingkat 10. Terkadang aku harus membawakan barang belanjaan ibu-ibu yang beratnya sekitar satu kwintal. Hampir patah tulangku. Tapi hasilnya sungguh memuaskan, buku yang kuberi judul “Hari Kelam Seorang Bawwab” laris manis bak tokmiyah yang baru diangkat dari penggorengan.

Aku sangat berterima kasih padamu yang setia menemaniku tempo hari. Darimu aku dapatkan kesejukan yang tak mungkin aku dapatkan dari orang negaraku. Karena aku yakin jika orang Asia lebih berbudi luhur daripada orang Arab. Kau yang rela merubah pola masakan, aku tahu, kau sebenarnya tak begitu suka dengan cuka, tapi setelah ada aku, kau selalu menambahi cuka pada spagetiku. Kau juga rela selama dua tahun mempelajari bahasa Arab yang kata orang adalah bahasa surga. Dan kau pun mendapatkan nilai cumlaude. Aku salut padamu.

*****

Hari-hariku masih diselimuti rasa kangen yang mendalam. Seperti ada bagian yang hilang dari diriku. Aku masih mengira kau akan pulang pada tengah malam purnama nanti.

Aku pernah cemburu pada gadis yang pernah kau sapa di depan genena mall. Dia kelihatan sangat feminim. Dan kau pun ngobrol dengan asik setelah memperkenalkanku padanya. Tapi, apa aku punya hak untuk cemburu. Tampaknya hak itu jauh dari genggamanku. Walaupun jauh, aku akan mencoba untuk meraihnya. Toh selama ini hanya aku yang dekat denganmu. Dan aku yang selalu meladenimu bukan gadis itu.

Kau sudah tidak ada jarak lagi denganku. Apa yang ada pada diriku kau sudah tahu semuanya. Karena memang aku orangnya apa adanya. Tidak ada yang ditambahi ataupun dikurangi. Semua itu aku lakukan, agar kau benar-benar mengerti aku.

Apa yang kutakutkan benar-benar terjadi. Kau sepertinya tidak tahu jika aku sayang kamu. Terus terang sayang, aku bukan tipe gadis yang sanggup mengucapkan kata cinta terlebih dahulu, karena dalam adatku seorang pria lah yang mempunyai hak dan kewajiban untuk mengucapkan kata cinta itu. Sampai saat inipun aku belum pernah mengucapkan kata cinta. Aku hanya menunggumu. Tapi tampaknya kau tak paham.

Sekarang sudah terlewati sebelas purnama, dan kau belum pernah pulang. Hanya bayangmu yang selalu hadir di alam bawah sadarku. Hanya di mimpilah aku bisa memimpikan pertemuan kita. Satu hal yang selalu terpatri indah di setiap nafasku dan selalu mengalir deras di setiap lini nadiku bahwa kau akan pulang.

*****

Sudah cukup lama aku meninggalkanmu. Kadang aku terpikir betapa tenangnya berada disampingmu. Apa-apa kau yang meladeni. Aku hanya duduk manis bak seorang raja yang berkuasa dengan seorang permaisuri yaitu kau. Aku jadi sangat mengerti seluk beluk tentang dirimu yang mewakili seluruh gadis Asia . Tak ada hal sekecil apapun yang tidak kau perhatikan. Aku sangat mengerti itu.

Inginku, aku pergi hanya sebentar. Hanya untuk menulis semua pengalamanku denganmu karena aku sudah merasa cukup dengan materi untuk tulisanku. Sebenarnya aku hanya penulis yang menginginkan hasil seperfect mungkin dengan cara menyelaminya langsung, tanpa membawa perasaan, apalagi cinta, walaupun harus rela bergelut dengan airmata duka. Aku tak bermaksud menyakitimu atau membuatmu terluka. Aku mengaku salah, tidak mau berterus terang tentang tujuanku bersamamu. Sekarang, tulisanku sudah selesai dan sudah kuedit. Sebentar lagi akan naik ke percetakaan. Aku sudah menandatangani kontrak dengan penerbitan.

Bel rumahku berbunyi, aku yakin itu Mahya, gadis yang pernah kuperkenalkan padamu di depan Genena mall. Dia adalah tunanganku sekaligus putri tunggal penerbit yang telah menerbitkan semua bukuku dan akan menerbitkan bukuku yang terbaru, yang kuberi judul “Indahnya Dunia bersama Gadis”. Disitulah secara detail kutulis semua yang terjadi diantara kita, bersama semboyanmu yaitu tanpa ada pengurangan ataupun penambahan. Mengalir apa adanya.

***

Bawwabah Taniyah, Nasr City , Cairo.

Previous