Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Kenangan Sepanjang Jalan

Cerita Pendek Dodiek Adyttya Dwiwanto

Dingin menusuk tulang. Hawa dingin malam menyelinap diam-diam, meski Citra telah memakai jaket cukup tebal. Ia makin merapatkan jaket. Sesuatu hal yang sia-sia karena dingin tetap saja menusuk. Citra melirik jam tangannya. Wah, ternyata sudah pukul 02.00. Malam semakin beranjak larut dan kini pagi telah menjelang. Waktu yang baik untuk tidur, tapi Citra masih harus ada di kantor.

Citra melangkah menuju parkiran mobil. Betapa melelahkan hari ini. Selama sehari penuh mulai dari pukul 09.00 hingga pukul 01.00 dini hari ia harus memberikan supervisi kepada editor dan tim kreatif. Sudah menjadi tanggungjawabnya sebagai asisten sutradara merangkap produser untuk melakukan semua itu.

Bip-bip.

Alarm mobil berbunyi dengan kencang. Tidak ada lagi orang di parkiran yang sunyi ini. Hanya ada sederetan mobil yang terparkir rapi. Ada mobil milik kantor dan beberapa lainnya milik rekan yang lain. Di pojok dekat gudang, beberapa sepeda motor berjajar dengan manis. Beberapa lampu bersinar cukup terang kecuali sebuah lampu dekat studio dan dapur yang agak redup. Lumayan terang, ditambah lagi dengan rembulan dan gemintang bersinar di atas sana.

Sebuah tas punggung ukuran sedang, tas tangan, dan juga tas berisi laptop, ia letakkan di bangku belakang mobil SUV-nya. Citra menghela napas sejenak. Gila juga kalau setiap hari harus begini, tapi ia terlanjur menikmatinya.

Mobil distarter. Citra memasukkan gigi mundur. Mobil mundur dan kemudian berjalan maju perlahan meninggalkan areal parkir.

Tin-tin-tin.

Klakson dibunyikan agar satpam yang tertidur di posnya bisa terjaga. Satpam terkesiap tetapi dengan sigap ia langsung membukakan pintu untuk Citra.

"Hati-hati, Mbak Citra."

"Terima kasih, Pak."

Mobil keluar kantor. Belok kanan dan berjalan terus dari Soepomo terus hingga ke Sahardjo. Sepanjang jalan masih cukup ramai. Warung-warung tenda pinggir jalan masih akan buka hingga menjelang subuh nanti. Masih ada beberapa orang di dalamnya. Di beberapa pertigaan yang ia lewati, masih ada tukang ojek yang masih menunggu calon penumpang yang mungkin pulang malam. Hmm, mencari sesuap nasi di tengah dinginnya malam.

Ah, warung pinggir jalan di sepanjang Soepomo yang penuh kenangan. Tidak ada yang tidak ia kunjungi mulai dari seafood, pecel ayam, tahu campur hingga nasi goreng bersama Farrel. Hmm, kok nama itu lagi yang muncul? Memang nama itu yang telah memberikan banyak kenangan dibandingkan lelaki yang lain. Sejak beberapa tahun Citra memang ikut dalam milis pecinta makanan dan ia banyak tahu kalau sepanjang Soepomo banyak warung makanan yang patut dicoba. Alhasil, Farrel yang menjadi rekan kerjanya menjadi teman setia dalam mencoba satu persatu menu yang ada. Setiap malam usai bekerja, Citra dan Farrel selalu saja mencicipi makanan yang berbeda. Ada petualangan baru yang dirasakan Citra.

Mobil yang dikemudikan Citra terus melaju di Soepomo yang sepi. Di depan lampu merah. Hanya ada tiga mobil yang berhenti. Lampu hijau menyala lagi. Mobil melaju dengan pelan memasuki Sahardjo. Di saat seperti ini memang enaknya bersemayam di dalam selimut. Hangat. Tidak perlu bekerja. Tidak harus menyetir sendirian. Tapi kalau ia tidak seperti ini, Citra tidak akan pernah menemukan petualangan mengasyikkan bersama dengan Farrel.

Balai Sudirman telah dilewati dan kini ia menuju Manggarai. Sepanjang jalan inilah yang selalu ia lewati bersama Farrel usai makan dini hari, maklum kalau makan malam sudah pasti jamnya sudah lewat. Tidak terlalu banyak warung tenda di sepanjang Sahardjo. Bahkan, memasuki kawasan Manggarai, suasana makin sepi saja. Terminal Manggarai pun terlihat sunyi, meski ada beberapa orang yang masih terlihat di sana . Beberapa bus masih terlihat. Halte busway kosong. Jalanan sepi. Pasaraya Manggarai tutup. Hanya lampu jalanan yang menyinari Citra menuju rumahnya. Hanya rembulan dan gemintang yang menjadi kawan akrabnya dini hari ini.

Mobil menuju terowongan Manggarai yang beberapa bulan lalu terendam banjir ala Water World itu. Perlahan tapi pasti kini menuju Tambak sebelum berbelok ke arah Proklamasi lantas menuju Matraman. Masih ada beberapa mobil yang berseliweran di pagi ini. Jakarta memang seperti New York , the city that never sleeps.

Next