Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Inilah yang membuat Abdullah semakin gemetar, bagaimana kalau Masaroh menceritakan pada semua murid-muridnya di madrasah? Bagaimana kalau murid-muridnya itu akan memperguncingkan dirinya? Dan yang paling fatal, bagaimana kalau sampai calon istrinya mempersoalkan dirinya?

"Nanti nanti dulu Masaroh," katanya seperti mohon belas kasihan.

"Saya beritahu."

"Beritahu apa."

"Masalah wanita muda itu."

"Saya cuma ingin menolong."

"Sampai meraih pinggang?"

"Kalau tidak pasti wanita itu terjatuh, dan terluka."

"Bohong."

"Saya takut dia terjatuh."

"Bohong."

"Kau tak percaya padaku?"

Masaroh terkekeh-kekeh sampai daging pipinya mendesak pelupuk mata. Dia mencoba menggoncang-goncangkan tangannya yang menggenggam tangan Masaroh. Tetapi tiada goncangan yang berarti.

Dia mencoba membuka genggaman, tapi jari jemarinya tidak dapat dibuka, lima jarinya seperti melekat pada tangan Masaroh.

" Astaghfirullah allazzim , keluh Abdullah gemetar.

"Kau seperti pemuda pengendara sepeda motor itu."

"Tidak!"

"Atau seperti pengemudi bus yang edan-edanan itu?"

"Tidak juga."

"Kau penyebab bus itu berhenti mendadak."

"Tidak! Sekali lagi aku katakan tidak!"

"Kau yang menyebabkan penumpang terdorong."

"Tidak!"

"Tidak? Kalau begitu kau penyebab penumpang itu terjatuh?"

"Juga tidak."

"Wanita cantik itu hampir terjatuh?"

"Ya."

"Kau meraih pinggangnya yang ramping itu?"

"Ya."

"Hahaha." Masaroh seperti mengejek.

Abdullah mencoba menyembunyikan kemarahannya terhadap Masaroh, dia mencoba mencari kejernihan hatinya yang semula diganggu kekeruhan. Bayang-bayang inilah yang membuat dia menahan kemarahan yang meluap-luap.

Bayangan itu akan muda menyerbu hingga merobek-robek kulit jantungnya kalau kemarahan itu tidak dapat dibendung. Dan, akan lebih jatuh dibanding dengan wanita muda berlesung pipit yang diraih pinggangnya di dalam bus. Siapa yang akan menolong kalau sampai terjatuh seperti wanita berparas cantik itu?

Kalau wanita itu terjatuh di atas lantai bus dan akan berselimut debu serta akan terluka sedikit, paling tidak akan terkulit tangan atau kakinya, bagaimana kalau dia jatuh martabatnya sebagai guru madrasah yang cukup terkenal akan sopan santunnya? Astaghfirullah... Abdullah mengeluh perlahan.

Mengapa hatinya tergoncang sewaktu tangannya meraih pinggang wanita muda berhidung mancung dan berkulit kuning langsat itu?

Mengapa dirinya memuji-muji kecantikan paras wanita tersebut? Ikhlaskah pertolongannya?

Tetapi wanita itu akan terjatuh kalau dirinya terlambat sedetik saja dalam meraih pinggangnya. Ah, betapa cantiknya wanita muda itu, dan pantas menjadi pendampingnya.

" Auzubillah ," Abdullah merasa air matanya mulai tergenang di pelupuk mata, tanpa disadari ia tersedu-sedu dalam bayang-bayang yang menyiksa.

Masaroh masih saja terkekeh-kekeh mengejek dia, berkali-kali dia mencoba mengangkat tangan di dekat daun telinga, tapi genggamannya tak terlepas sedikit pun dari tangan Masaroh.

"Lepaskan..," perintah Abdullah mulai menampakkan kemarahannya.

"Mengapa saya harus lepaskan?" sahut Masaroh.

"Bukankah kau yang memegang tanganku, kau yang harus melepaskan," sambung Masaroh sambil memasamkan muka.

Abdullah mencoba melepaskan genggaman, tapi jari-jarinya tidak renggang sebenang pun.

" Astaghfirullah allazzim ," Abdullah mengangkat tangannya segagah mungkin, sekuat tenaga yang tersisa. Tak ada Masaroh di kamarnya, tak ada siapa-siapa di sekitarnya. Dia masih tegak memperhatikan ujung sajadahnya, sekali-kali saja ia gemetar sambil mengepal-ngepal tangannya.

Abdullah mengukuhkan hatinya, ia mesti menantang bayangan wanita cantik dan Masaroh yang datang silih berganti. Sekarang dia yakin seyakin-yakinnya bahwa bayangan yang selalu menyerbu itu akan sirna dengan kekuatan yang tersisa. Kini malam terus merembes mendekati dini hari yang masih dalam kesepian nan abadi.

Abdullah mengangkat takbir, kedua tangannya dikembangkan mengepak pada daun telinga, ia menunaikan salat sunah tahajudnya.

***

Jakarta ; Kramat Sentiong-04 November 2007

Previous