Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Mang Preddy

Cerita Pendek Ida Ahdiah

Ikah, adik perempuan saya, akan menikah dengan teman sekerjanya, Toto. Pernikahan terakhir di keluarga kami. Ibu dan bapak jauh-jauh hari sudah sibuk mencatat orang-orang yang akan diundang. Beberapa kali Ibu menelepon Nina, istri saya, meminta pertimbangan tentang menu prasmanan, seragam yang pantas dipakai oleh keluarga kami, dan keluarga besan. Juga tentang perias pengantin yang sekiranya mengerti adat pesisir dan pedalaman. Keluarga kami berasal dari pesisir dan mempelai pria dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Nina, beberapa kali Ikah menelepon menceritakan keberatannya dengan segala kerepotan pesta, yang sebenarnya ia tidak sukai. Maunya mereka berdua, cukup mengundang kerabat dekat dan sahabat. Tak perlu baju dan perias pengantin. Dia pakai kain kebaya, berhias ala kadarnya saja. Toto pakai sarung dan baju takwa. Tak perlu juga makanan limpah ruah dan tenda depan rumah. Ikah tahu, sayalah yang akan mendanai sebagian besar biaya pernikahannya. Tapi Ikah tak berdaya waktu Ibu bilang, ``Tak enak sama saudara, teman, dan tetangga menikahkan anak bungsu begitu saja. Sudah, kamu diam saja.``

Padaku Ibu menceritakan rencana ijab kabul yang akan dilakukan di masjid balai desa. Yang akan memberi khotbah nikah adalah Bapak Sahlan, Ketua Yayasan Pendidikan Amal, yang mengelola sekolah dari TK hingga SMU. Sementara saksi pernikahannya antara lain Ibu Entai, guru Ikah di SD, Pak Kapten, Pak Bandeng, Pak Kelapa, dan saksi yang terakhir disebut Ibu adalah Pak Kuwu Mang Preddy.

``Mang Preddy bekas tukang delman itu jadi Kepala Desa!``

``Ya, Mang Preddy yang sayang kamu itu....``

Saya merasa bersalah telah melupakan Mang Preddy, sahabat dewasa di masa kecil dan remaja saya. Ia menyebut dirinya Mang Preddy bukan saya atau aku saat bicara dengan siapa saja. Dia adalah tukang delman sewaktu jalan antara kota kecamatan dengan desa kami masih berupa tanah berbatu. Jika hujan, jalanan bertanah merah itu lengket dan licin. Delmannya tinggi dengan tempat duduk saling berhadapan, yang cukup untuk enam orang. Seorang penumpang lagi bisa duduk di samping kusir. Penumpang jarak dekat kadang tidak keberatan berdiri di pijakan untuk naik ke delman yang hanya cukup untuk satu kaki. Kudanya yang hitam kekar bernama Arjuna. Arjuna suka dipinjam untuk dikawinkan dengan kuda betina, milik tukang delman lain. Kata Mang Preddy, anak arjuna di mana-mana.

Rumah Mang Preddy berjarak enam rumah dari rumah kami. Saya suka membantu Mang Preddy melepas dan memasang Arjuna dari kerangka delman. Arjuna mengenal saya. Jika kami bertemu, ia menempel-nempelkan kepalanya di wajah saya. Ibu selalu wanti-wanti agar saya tidak bersentuhan dengan kotoran kuda, apalagi kalau punya luka, bisa kena tetanus.

Satu liburan kwartal Mang Preddy mengajak saya jadi keneknya. Saya duduk di sampingnya dan memecut Arjuna jika ia malas berlari kencang. Kalau sedang ngetem di pasar kecamatan, tugas saya menemani Arjuna dan memberinya makan. Lalu saya ditraktir makan nasi lengko dan es limun. Saya juga diberi uang beberapa rupiah. Katanya buat nambah-nambah uang jajan.

Selama menunggu penumpang, Mang Preddy menawarkan tenaga untuk angkut-angkut barang. ``Mari, saya tolong bawakan belanjaannya. Langsung naik delman, tah. Itu delmannya di bawah pohon asam.``

Waktu yang ditempuh delman dari pasar kecamatan ke desa saya kira-kira satu jam. Jalanan lebih banyak dilalui sepeda, pedati, dan pejalan kaki. Kadang saja motor milik juragan penggilingan padi dan pemilik warung kelontong melintas. Sesekali truk minyak tanah lewat. Tapi dengan delman Mang Preddy, perjalanan terasa singkat. Sebab Mang Preddy tak pernah kehabisan cerita maupun memancing penumpang untuk bercerita.

Mang Preddy tahu informasi tentang pembasmi hama wereng, dukun sunat yang murah, obat penghilang encok, sungai yang banyak ikannya, manfaat daun turi, orang hajatan yang nanggap orkes, dokter inpres yang baru, NĂ©ng Geulis di kampung tertentu, siapa yang panennya gagal, siapa yang melahirkan, siapa yang merantau ke Jakarta, siapa yang melanjutkan sekolah ke kota, dan banyak lagi.

Ia juga tahu cerita misteri. Satu cerita Mang Preddy yang saya ingat adalah tentang penghuni pohon asam tua di tepi jalan. Tiap melewati pohon itu, Mang Preddy meminta penumpang baca surat Alfatihah. Kata dia, pohon asam itu pernah dijadikan tempat gantung diri Noni Belanda yang dilarang kawin dengan kacungnya, yang menjadi kekasihnya. Arwah Noni Belanda yang digambarkan berambut jagung itu, konon, suka muncul saat bulan purnama.

Next