Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Besok ia akan menghadapi pagi yang sama lagi. Pun pagi-pagi lainnya.

"AKU sudah di Malaysia, Mir! Kelak lusa dapat kerja, apabila aku sudah punya uang banyak kau akan kupinang. Kita akan menikah!"

Perempuan itu menjawab dengan kecut percakapan telepon. Meski rindu yang dirasakan buat kekasihnya itu sudah berkurang jauh. Barangkali ia sudah jenuh dengan kata-kata yang penuh harapan. Yang ia mau ialah kekasihnya ada bersama dirinya, saat ini, duduk berdua, dan mereka saling bersitatap lama sekali. Ia merasa kangennya sudah berkurang jauh, tidak sama lagi seperti yang dulu. Tetapi hanya getar suaranya yang mengganggu.

"Sudah dulu, ya! Telepon ini sudah banyak memakan pulsa. I love you...."

Ia meletakkan gagang telepon itu kembali, ada rasa tolol yang membuncah kemudian ingin sekali pecah. Membuat dirinya tergeragap, ia merasa dadanya pengap. Tak terasa butiran air mata melingkar di bola matanya yang bening. Tak terasa ia segera saja teringat pada lelaki yang ditemui di swalayan seminggu yang lalu, "Mengapa ia tak kunjung menelepon?" Padahal ia rindu mendengar getar suara lelaki itu, yang sepertinya telah lama melemparkannya di atas tanah penuh dengan bunga.

Betapa rindu menjadi liar dan licik. Tak bisa ia atur dengan sekuat tenaga meskipun ia telah berusaha sepenuh hati. Tetap saja rindu tak pernah mampu untuk diajak kompromi. Ia selalu terjebak kangen, terutama saat melewati barisan malam-malam yang sunyi. Saat dirinya teringat bagaimana kekasihnya di negeri seberang, saat-saat bersama. Bagaimana lelaki itu menyentuh pipinya dengan punggung tangan, melepas jaket dan memberikan padanya saat berjalan di saat malam dingin. Atau bekas bibirnya di dahi, pipi, juga bibirnya. Ia merasakan kulit yang kasar membelai dirinya, namun membuatnya merasa terlindungi, membuat dirinya terasa tentram.

Sesungguhnya ia telah menemukan segelanya di dalam diri lelaki itu, meskipun berulang kali ia sering kesal sendiri, mengapa kekasihnya memilih untuk mencari pekerjaan yang jauh? Pertama kali, ia mencoba mengerti jika yang dilakukan adalah untuk membahagiakan dirinya. Tapi, saat ini. Ah, bagaimana ia melewati derasnya rindu yang mengucur ini? Ia benar-benar tak tahu.

HARI-HARI selanjutnya ia terbenam dalam rutinitas kesehariannya yang mulai beku. Menyimak pagi dan tingkah orang-orang, atau membaca buku saat malam. Sampai saat ia mendapat kabar, jika beberapa tenaga kerja di Malaysia masuk dengan cara yang ilegal. Kecemasan berkerumun di dadanya. Tiba-tiba ia merasakan sakit, ia ingat kekasihnya yang sedang bekerja di Malaysia.

Di kamar. Tubuhnya melingkar, ia tak pernah tahu dengan pasti, siapakah kelak yang akan dipilih. Seandainya dua lelaki itu meminangnya sebagai istri. Ia gamang, pilihan yang baginya sama-sama sulit. Seperti ia kesulitan menghadapi soal-soal matematika saat ujian di sekolah menengah dulu. Seperti pilihan sulit saat melepas kepergian kekasihnya ke negeri seberang dulu. Seperti kesulitan yang kerap kali diceritakan Ibunya saat melahirkannya. Tubuhnya masih saja melingkar di dalam kamar. Perempuan yang penuh teka-teki, tersudut dengan kepala yang dipenuhi pilihan.

***

Jakarta , September 2004

Previous