Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Berbisik-bisik dengan Cinta

Cerita Pendek Adek Alwi

PEREMPUAN itu suka berbisik-bisik dengan cinta. Malam, ia duduk di taman memandang bulan dan bintang-bintang, atau di teras, atau di mana saja di rumah yang gemerlap bercahaya itu. Dan cinta datang menemani.

Dia dan cinta bertatapan, saling senyum bak pasangan kekasih, berbisik-bisik lunak. Begitu lunaknya sehingga tak ada yang mendengar selain mereka. Orang hanya melihat perempuan itu duduk tenang, kadang melunjurkan kaki yang indah, panjang, rileks sekali. Sekujur tubuhnya kuyup dipeluk cinta. "Jangan sekali-kali kau tinggalkan aku," bisiknya manja kepada cinta.

"Tidak," sahut cinta, juga berbisik. "Selama engkau menginginkanku."

"Oh, jangan ragukan aku." Ia menatap sedih. "Aku menginginkanmu. Aku..."

"Ya, aku mengerti. Cup. Sudah, sudah." Cinta membujuk dan keduanya saling senyum kembali, bagai pasangan ke- kasih.

Lalu perempuan itu tegak, berjalan ke bilik anak-anak. Ia buka pintu perlahan, melongok ke dalam. Lalu ditutupnya pintu kembali, perlahan-lahan. Di kamar lain dia perbaiki selimut yang melorot atau ia kecilkan volume AC.

Dengan kakinya yang lampai, bersih berkilau kena cahaya lampu, perempuan itu berjalan ke kamar mandi di kamarnya. Membasuh muka. Mengenakan gaun tidur halus setara kulitnya. "Selamat malam," bisik cinta yang terus mendampingi.

"Selamat malam!" Perempuan itu tersenyum, melenggang anggun ke kamar tidur. Dia sadar hari sudah berakhir dan berharap esok seelok yang dilalui. Suaminya pun telah tidur. Napasnya teratur. Dia rebahkan tubuh di sebelah laki-laki itu. Kadang mereka bercinta tetapi tak kerap lagi. Anak-anak sudah lahir, juga ada yang besar, dan seks jadi lebih sakral.

Ukurannya bukan kuantitas seperti tempo-tempo yang lewat. Ada yang tumbuh lebih indah, hari ke hari semakin subur, wangi melebihi napas bayi. Atau ibarat sayap dari saat ke saat makin lebar, kuat, serta indah bak sayap malaikat. Menerbangkan mereka pada kesadaran-kesadaran yang lebih luas.

"O," bisik perempuan itu suatu waktu, beberapa tahun lalu, tak kuat menahan tangis. "Betapa banyak orang tak berdaya. Alangkah banyak anak yang telantar."

"Tapi jangan menangis," bujuk cinta. "Bukan air mata yang mereka perlukan."

"Betapa ingin aku meringankan beban mereka," kata perempuan itu kembali.

"Mesti ada prioritas," suaminya serta-merta menukas. "Tidak bisa kau tangani semua sekaligus. Tentukan prioritasmu."

"Jadi, kau setuju?" tanya dia girang. Lelaki itu mengangguk. Memeluknya.

*

PEREMPUAN itu bangun seiring lahirnya hari, dicegat cinta saat ia membuka kelopak mata. "Selamat pagi," bisik cinta menciumnya. Tubuhnya kuyup, bergetar.

"Selamat pagi," sahutnya lirih. Lalu melirik suaminya. "Dia masih tidur."

"Lebih baik begitu, ' kan ?"

Ia mengangguk, tersipu. Tubuhnya makin kuyup dan bergetar dipeluk cinta. Ia keluar dari tempat tidur, jalan bersijingkat, dengan tangan-tangan cinta masih melekat. "Kau takkan kulepaskan," bisik cinta seolah berjanji. Perempuan itu melenguh manja, balas memeluk laiknya kekasih.

Sementara itu suaminya masih di alam bawah sadar. Namun biasanya setengah jam lagi saja. Kemudian lelaki itu akan tiba di ujung mimpi: melihat perempuan itu di antara bunga-bunga, tersenyum, cantik sekali.

Dulu, kala muda, ia tergeragap melihat ada yang bersama perempuan itu di sela bunga-bunga. Tetapi tahun-tahun belakangan tidak lagi. Laki-laki itu paham dan mengerti.

Selang setengah jam laki-laki itu bangun, mencari kopi, setelah segala sesuatu yang bersifat personal ia bereskan di kamar. Tak lama loper koran datang. Dia minum kopi dan baca koran. Di langit ti- mur dia lihat sinar fajar mekar, terus mekar menjelma matahari. Cahayanya menjalar pada daun, memupus sisa-sisa embun.

Banyak hal terjadi dalam waktu setengah jam itu. Lampu padam satu-satu. Rumah hidup oleh aneka suara. Anak-anak melengking, tertawa, menjerit, bernyanyi. Dalam kamar mandi, atau di kamar, sambil membenahi tempat tidur. Hidup adalah melayani. Dimulai dari diri sendiri, kamar serta tempat tidur sendiri.

Di luar, mobil-mobil dicuci. Sopir juga memanaskan mesin, bersiul dangdut. Suara air, mesin mobil, berbaur siul dangdut dan dialog riang serta lucu.

Selanjutnya: Berbisik-bisik dengan Cinta 2