Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Laki-Laki

Cerita Pendek Abidah El Khalieqy

"Selingkuh? Hanya laki-laki tak bermoral yang selingkuh. Jangan samakan aku dengan mereka dong," Prakoso mendorong halus tubuh istrinya, membujuk mulutnya untuk tak lagi berkata-kata.

"Tetapi dua di antara tiga. Ini penelitian paling mutakhir!" sambung Melati, terus bernyanyi.

"Iya??paling tidak, akulah yang satu itu," ia mengerdipkan matanya nakal, sekali lagi dengan harapan, istrinya sudi menggembok mulutnya.

"Laksono selingkuh. Wicaksono selingkuh. Bramantyo juga selingkuh. Sekarang tunjukkan padaku, mana letak perbedaan antaramu dan mereka, teman-temanmu itu," kian teliti Melati mengkritisi.

Sial! Pikir Prakoso. Bukankah semua nama yang disebut Melati adalah para guruku? Adalah profesor ahlinya dalam hal perselingkuhan? Mereka adalah rujukan, referensiku paling lengkap dalam seluruh perjalanan dan lika-liku, strategi pertempuran di ranjang, strategi menyerang dan bertahan, strategi berbohong dan berlagak pilon.

"Kau jangan mengada-ada, Mam? Jelas aku berbeda dengan mereka. Mereka berambut keriting dan rambutku lurus. Ini tandanya jiwaku juga lurus?.moralku juga lurus?..Apa kau belum pernah memperhatikan rambutku?"

"Bahwa rambutmu lurus, itu urusan Tuhan. Tetapi jika moralmu tidak lurus, itu akan menjadi urusanku, urusan kita berdua. Paham!?"
"Sesuatu yang mustahil! Aku tidak paham!"
"Oya? Rupanya kau belum paham juga jika belum menelan gambar-gambar bugilmu ini? Telan ini! Ayo! Makan permainanmu! Nanti kau akan tahu, betapa lezatnya hamburger jahanam ini, Prakoso!"

Melati membeberkan gambar-gambar aneh dari kertas-kertas licin di depan hidung Prakoso. Prakoso terkesiap. Persis maling yang tertangkap. Ia linglung dan bingung. Dari mana Melati memperoleh ini data? Bagaimana mungkin semua terekam dengan begitu gamblangnya? Villa dan merk celdamnya? Aduh! Ini bahaya! Tetapi bukan Prakoso kalau gampang menyerah.

"Tidak, Mam? Ini hanya rekayasa. Kau tahu? Akhir-akhir ini banyak pihak yang berusaha menjatuhkan namaku. Aku ini produser kenamaan. Jika saja aku mau, aku bisa mengambil para bintang pendatang baru itu untuk begituan. Tetapi aku bukan termasuk laki-laki yang dua persen itu."

"Masih juga menyangkal? Kau tahu bahwa hakim menjatuhkan hukuman atas dasar bukti-bukti?"
"Tetapi sejak kapan kau menjadi hakim?"
"Sejak kamu mulai jadi maling!"
"Kamu suka bercanda deh, Mam," Prakoso mencoba melunakkan situasi dengan meraih Melati. Tetapi Melati bukan Melati kalau tidak Melati. Bertameng duri, ia mulai menyerang Prakoso dengan bukti dan kata-kata. Ia tahu bahwa kata memiliki kekuatan gandewa jika tepat mengarahkannya. Musuh di depan mata atau di ujung dunia, hanya kata yang mampu memanah dengan tepat ke arah jantungnya.

"Aku memang suka bercanda, sebab itu akan kugantung foto artistik ini di depan sinema."
Prakoso ternganga. Ia berdiri menatap Melati dengan bimbang, antara percaya dan tak. Ia menatap tajam ke arah mata Melati, ternyata mata itu lebih tajam dari belati. Prakoso ngeri. Ingin tetap membela diri tapi kehabisan nyali. Laki-laki kehabisan nyali? Apakah nyali? Adalah saudara kembar beribu cakar srigala yang siap mencabik mukamu, mulut, dan mata lancangmu.
"Kamu?"
(Ketika persetubuhan amarah dan harga diri, antara malu dan terpojok tak lagi memiliki ranjang yang nyaman. Ketika nurani raib dimangsa digdaya. Saat topengmu hendak disibak olehnya).

Next