Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Dua bulan kemudian, Rus menerima surat pengunduran diri Mawar. “Aku mau pulang ke Yogya, Mas. Mengurus usaha orangtua,” katanya.

“Bagaimana dengan Safar?”

“Dia sementara di Jakarta, tapi nanti setelah menikah ia juga akan ikut mengurusi usaha orangtuaku.”

“Aku hanya berharap kamu bahagia.” Suara Rus pelan, dan menatanya menatap Mawar dalam-dalam.

“Terima kasih, Mas. Saya berharap kita bisa menjadi saudara.”

Rus mengangguk. “Ya, kamu saudaraku.” Ia ingin mencium dan merangkul Mawar karena begitu terharu, tapi ia mengurungkan niat itu. Ia juga berusaha menahan tetes air mata, meskipun matanya terasa berkedap-kedip dan agak panas.

Sementara Mawar buru-buru pamit dan membiarkan Rus terdiam di kursi memandang tubuhnya hilang di balik pintu. Yang sempat ia dengar hanya sebuah isak kecil yang ditahan.

*

Ini pertama kali Mawar online di Yahoo Messenger, setelah setahun kepindahannya ke Yogya, dan mereka tidak saling sapa. Yang membikin penasaran ia muncul dengan kalimat yang sungguh puitis: ajak aku melihat kunang-kunang. Ia tak sabar untuk menyapanya. Rus pun mulai mengetik pesannya, bertukar kata dengan Mawar.

Rus: Mawar, aku ingin mengajakmu melihat kunang-kunang. Berdiri dari jendela di lantai sebelas kantor kita dulu, dan melihat ke gelap malam. Di situ beribu-ribu kunang-kunang membentuk lautan cahaya, saling-silang dan meluncur-naik.

Rus: Atau berdirilah di tengah sawah atau kebun ketika matahari telah terbenam. cahaya-cahaya itu bagai tetes salju yang meliuk-liuk seperti camar-camar di pantai.

Mawar: Wah….

Mawar: Sayangnya udah menelusuri penjuru Yogya dan belum juga menemukannya, Mas.

Rus: Masa sih?

Rus: Atau pejamkan mata…

Rus: Bayangkan seribu kunang-kunang meliuk-liuk di rambutmu, terbang ke sana kemari, seperti melompat dari ranting ke ranting. Lalu, bayangkan dirimu ada di sebuah gurun, dengan rumput-rumput hijau, dan sebatang pohon di belakangmu. Lalu seribu kunang-kunang menyerbu dari pohon itu, hinggap di pucuk-pucuk rumput itu, dan membentuk gurun cahaya.

Mawar: Kok serem Mas, hihi…

Mawar: Satu kunang-kunang sudah cukup kok, hehe.

Rus: Bukannya lautan cahaya itu indah.

Mawar: Setitik cahaya yang bisa dimiliki dan digenggam erat lebih indah daripada lautan cahaya yang mudah sirna…

Rus: Jika terus merawatnya, gurun cahaya tidak akan sirna.

Rus: Dan bayangkan seribu kunang-kunang itu kemudian membentuk satu kunang-kunang abadi yang terus terbang meliuk-liuk di rambutmu.

Mawar: Haha.

Rus: Mawar serius ingin melihat kunang-kunang?

Mawar: Iya, hehe.

Rus: Bayangkan ini…..

Rus: Seseorang datang dari jauh, menyapamu, kemudian menjelma kunang-kunang yang selalu berkedap-kedip setelah matahari terbenam. Ia selalu membuat jalanmu begitu terang berderang.

Rus: Bayangkan juga jika ada seribu kunang-kunang yang kemudian menyatu menjadi satu kunang-kunang. Betapa terangnya jalanmu.

Mawar: Ya, sungguh indah Mas.

Rus: Mawar, coba ceritakan apa yang kamu lakukan jika kunang-kunang datang padamu.

Mawar: Melihat saja sudah cukup puas mas. Aku tak ingin memiliki karena justru akan melukainya

Rus: Tidak ingin kunang-kunang itu selalu bersamamu?

Mawar: Tidak.. Tapi pengen dia ada pas aku ingin melihatnya. Tak perlu harus terus bersama. Kebersamaan yang terus menerus dipaksakan seringkali menimbulkan kejenuhan dan kebosanan.

Rus: Apakah kunang-kunangmu telah terbang jauh?

Mawar: Belum pernah merasa memiliki satu kunang-kunang pun, Mas. Jadi masih terus mencari, kunang-kunang yang mau setia hadir saat aku pengen melihatnya. Yang cahayanya takkan pernah pudar.

Mawar: makluk kecil lemah namun mampu memberikan cahayanya untuk menerangi.

Rus: Sungguh mengharukan.

Rus: Jika aku punya kunang-kunang, aku akan segera mengirim satu untukmu

Mawar: Mau mas…Tapi jangan sampai melukainya ya.

Mawar: Untuk apa dimiliki dan dinikmati tapi dia terluka.

Rus: Mawar benar.

Rus: Tapi lebih baik memiliki sambil terus merawatnya agar tidak terluka.

Rus: Pernahkah pada satu hari dulu, mawar takjub pada kunang-kunang? Atau mawar punya kenangan bersama kunang- kunang?

Mawar: Dulu di kebun di rumahku banyak kunang-kunang mas.

Mawar: Tiap malam…

Mawar: Sering aku sama adikku, berdua menggelar tikar di halaman rumah, menikmati kunang-kunang. Kami seringkali menangkapi mereka dan menaruh dalam botol.

Mawar: Sayang sekarang sudah tak ada lagi kunang-kunang.

Mawar: Mereka pergi seiring pergerakan usiaku menjadi dewasa.

Mawar: Betul, ada banyak yang bisa kita miliki dan kita rawat.

Mawar: Tapi kunang-kunang sepertinya tercipta hanya untuk dilihat.

Mawar: Tak akan ada yang bisa memiliki dan merawat.

Rus: Rumah Mawar di Yogya?

Rus: Sekarang masih ada kebun itu?

Mawar: Rumahku di Karanganyar, Solo.

Mawar: Kebunnya masih ada, tapi kunang-kunangnya menghilang. Dulu juga banyak burung jalak dan kutilang, tiap kali panen padi harus “ngoyak-oyak” para makhluk itu. Tapi sekarang sudah tak ada semua.

Rus: Mengapa kunang-kunang itu hilang?

Rus: Burung jalak dan kutilang bagaimana?

Mawar: Sawah-sawahnya sudah jadi perumahan, mas.

Mawar: Sawah yang tersisa sudah pakai pestisida semua.

Rus: Wah.

Ia tidak sempat melanjutkan percakapan itu, karena tiba-tiba status Mawar sign off alias offline. Rus menunggu Mawar online kembali. Boleh jadi, ada sesuatu gangguan yang menyebabkan percakapan itu terputus. Ia terus memelotoi komputer. Semenit, dua menit, lima menit, hingga setengah jam, Mawar tak juga sign in kembali.

Rus jadi gelisah. Mungkinkah listrik tiba-tiba mati, atau mungkin baterai laptopnya drop. Ia mengambil telepon genggam dan mengetikkan sms kepada Mawar. Tapi, sms itu tak terkirim. Ia makin gelisah, apa yang sesungguhnya terjadi.

Tapi Rus tidak hendak beranjak dari komputer. Meski sudah hampir magrib, dan sebagian temannya sudah meninggalkan kantor, ia masih tetap menunggu. Siapa tahu sebentar lagi Mawar online kembali atau sms yang dikirimkannya masuk ke telepon genggam Mawar.

Benar, selepas magrib, Mawar online kembali. Ia langsung menyapa.

Rus: Kok tadi off tiba-tiba.

Mawar: Iya nih, laptopku tiba-tiba hang, tidak jalan.

Rus: Ya sudah, nggak apa-apa.

Rus: Oh ya, sudah punya momongan?

Mawar : Momongan apa? Aku belum kawin Mas.

Rus: Safar?

Mawar: Aku sudah melupakannya. Mungkin ia juga sudah melupakan aku.

Rus terdiam sejenak. Ia tidak tahu harus menuliskan apa di “box dialog” yahoo messenger. Tiba-tiba perasaannya jadi tidak menentu. Rupanya sifat Safar yang gonta-ganti perempuan belum berakhir, sehingga sampai sekarang ia belum menikah. Tapi mengapa itu juga dilakukan terhadap Mawar. Mawar terlalu baik untuk disakiti.

Mawar: Mas…..

Rus : Iya

Mawar: Kok diam sih?

Rus: Nggak. Sebentar, ada telepon masuk.

Rus berusaha berbohong. Ia tidak ingin pikirannya tertebak.

Rus: Mawar….

Mawar: Iya Mas

Rus: Aku ingin menjadi kunang-kunang untukmu.

Mawar: Mas sudah cukup lama menjadi kunang-kunangku.

Rus: Tak mudah melupakanmu.

Mawar: Aku juga setengah mati untuk berhenti memikirkan Mas, berusaha untuk menjauh dari Mas. Sampai kemudian aku terpaksa pindah ke Yogya, karena tak kuat terus bertemu dengan Mas.

Rus: Mengapa harus menjauhiku?

Mawar: Mas sudah tahu jawabannya.

Rus: Tapi, tidak bolehkah aku kembali menjadi kunang-kunang untukmu. Atau, paling tidak, biarkan aku mengajakmu melihat kunang-kunang.

Baru saja pesan itu terkirim, status Mawar kembali sign off . Pembicaraan terputus. Rus tidak tahu, apakah Mawar sempat membaca pesan terakhirnya itu. Tapi, sungguh, ia ingin sekali mengajak Mawar melihat kunang-kunang, berdiri dari lantai sebelas kantornya, atau di sebuah taman pada senja yang temaram.

Rus tidak beranjak dari komputer. Ia menunggu Mawar online kembali. Kali ini, dengan perasaan sungguh berdebar-debar. ***

Previous