Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Tubuh yang Melingkar di Dalam Kamar

Cerita Pendek Alex R

PAGI-PAGI sekali. Bola matahari menggelembung besar, cahaya rindang. Memasuki kamar dengan telanjang. Perempuan itu, duduk di sisi ranjang, menyisir rambutnya yang hitam bagai malam. Ia mengambil cermin membayangkan dirinya mengenakan gaun pengantin. Ah, mengapa pagi-pagi begini mesti ada genit berahi yang menyentak, menelusup ke gigir puting payudara. Ia merasakan pagi telah lama berubah, bukan seperti yang dulu, di mana ia lalui dengan gembira bersama seorang lelaki. Apakah aku telah sekian waktu kasmaran pada lelaki itu? Merayakan pacu tubuh saat kami bercumbu.

"Koran... koran...." sepagi itu sudah ada yang menjual berita. Seperti ingin berkaca dalam rangkaian kata-kata yang baginya begitu penuh darah. Ia melongok ke jendela, rerindang perdu halaman rumah menyentak seluruh gelisah. Ia ingin sekali melontarkan gelisah itu keluar, dan biarkan ia tumbuh sebagai tanaman. Ia terdiam. Waktu menjelma jadi patung yang bisu, menggapai-gapai dirinya, mengendap di setiap ujung kepala, sekaligus pengetahuannya.

Lalu ia ingat kembali masa-masa bahagia, saat ia berkelana ke sebuah kota, memasuki pantai, rebahan memandang senja bersama lelaki itu. Ia tersenyum, bayangan itu begitu kuat menggoda. Duh, betapa rindunya! Ingin ia rasakan sentuhan-sentuhan hangat lelaki itu, seperti anak kecil yang mendambakan pelukan dari ibunya. Ia terperanjat, pagi sudah meninggi, saatnya untuk pergi, tinggalkan kamar ini....

SESORE ini ia sudah pulang. Malam sebentar lagi nyalang datang, malam yang acap kali gagal ia sembunyikan. Bersama kelimun gelap yang menciutkan kegelapan. Bersama tombakan mimpi saat ia rebah di atas ranjang. Ia ingin mengisap waktu yang nampaknya makin kerucut itu, menyingkirkan ketakutannya pada cinta. Tadi siang, ia bertemu seorang lelaki tanpa sengaja, di sebuah swalayan, saat mendorong kereta belanjaan. Ada yang terjatuh dari kereta belanjaan, dan lelaki itu memungutnya, duh! Betapa baik hatinya lelaki itu! Ia menoleh sekilas pada wajahnya, ia melihat aura yang lain. Ia tergeragap membenahi sikapnya. Laki-laki itu lebih manis dari dugaannya. Ia ingin lagi mencuri pandang, tapi malu. Terpaksa ia tundukkan kepala, sembari mengucapkan, "Terima kasih...."

Adakah jarak yang terjadi membunuh dirinya? Mungkinkah cinta datang tanpa diduga sehingga ia tak sempat berpikir sejenak sekadar memikirkan: betulkah lelaki itu cocok berdampingan dengannya kelak. Katakanlah sampai usia senja, masih tetap menyayanginya. Tadi siang, lelaki itu mencatat nomor teleponnya. "Nanti aku hubungi kamu. Boleh 'kan kalau sempat aku singgah ke rumah barang sebentar?"

Ia tak sanggup menjawab. Cuma dari tatapan matanya, ia memang ingin lelaki itu untuk segera bertemu lagi dengannya. Ia ingin lagi memandang wajahnya lama-lama, supaya bisa hilang seluruh sedih saat ditinggal kekasihnya ke negeri seberang. Sedih yang baginya teramat menyiksa, sehingga ia tak pernah bisa tenang untuk sekadar tidur, atau melewati malam dengan gemilang.

Di dalam kamar, telepon belum juga berdering. Ia terpaksa meraih sebuah buku. Tetapi apa yang sedang ia baca di sana, selain kalimat yang menandakan sesuatu tentang dirinya. Kalimat yang ternyata menyusun seluruh dirinya, sehingga ia jenuh. Ia cuma membolak-balikkan halaman demi halaman. Pikirannya hampa. Ia berharap lelaki itu segera meneleponnya.

Terkadang ia suka berpikir, lebih enak menjadi gadis yang kecil saja. Tak peduli dengan cinta, tak perlu kenal dengan cinta seorang lelaki yang kerap kali buat dirinya jengah. Meski nyatanya, ia tak bisa menepis kenyataan bila dirinya telah besar, sebagaimana mamanya. Kelak ia akan menikah, melayani suaminya, dan punya anak. Barangkali ia akan mencari kerja di luar, bangun pagi-pagi, menyiapkan segalanya. Tidak lupa mengatur menu makan dari pagi sampai malam. Ah, menjadi perempuan dewasa. Apakah ia sudah dewasa? Ia mengambil cermin, ia menatap kedua matanya yang bundar, pipi yang ranum, ia melihat ada sebutir air mata yang jatuh di pipinya.

Next