Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Ikan kecil muda itu gembira. Berenang meliuk-liuk, tidak kuatir pada jaring nelayan. Ia tahu nelayan tangguh Indonesia sudah lenyap, menetap dalam lagu nenek moyangku orang pelaut, itu pun jarang dinyanyikan karena anak negeri itu sekarang lebih suka dangdut.

Ikan kecil muda itu mulai memangsa ikan lebih kecil. Tubuhnya makin besar. Daerah kekuasaan meluas. Sebentar lagi ia akan jadi ikan seperempat besar, sepertiga besar, seperdua besar ikan besar! Ah, apakah tubuhnya juga bakal berlumut dan berjamur? Pasti. Ikan-ikan kecil akan berenang di sekelilingnya seperti budak dan dayang-dayang!

Ikan kecil muda dalam proses membesar itu makin giat memangsa ikan lebih kecil. Dia harus jadi ikan besar. Akan sering-sering kungangakan mulutku nanti bila sudah besar, pikirnya. Kurasakan nikmatnya sela-sela gigi dibersihkan ikan kecil.

Tetapi aku harus kerap menyerakkan remah agar ikan kecil senang dan betah, pikirnya. Aku tak boleh pelit, dungu, dan picik seperti ikan besar yang kutinggalkan. Akan kubiarkan, bahkan bila perlu, kusuruh ikan-ikan kecil bertualang supaya mereka tahu betapa indah dan luasnya laut.

Lihat, alangkah luas dan indahnya laut. Cuma ikan besar dungu dan picik yang ingin ikan kecil di sekitar dia terus. Makan remah-remah, menyikat jigong dia. Dan, ikan-ikan kecil tolol yang mau terus-terusan dibegitukan!

Asal boleh dari ikan kecil tapi otak jangan tetap kecil, pikirnya lagi. Nyali dan kemauan harus dipupuk jadi besar. Lagi-lagi disergapnya ikan lebih kecil. Tubuhnya kian besar jua, daerah kekuasaannya pun bertambah luas.

Tanpa disadari, kehadirannya dengan tubuh kian besar menarik perhatian ikan seperlima atau seperempat besar. Mereka mengikuti diam-diam. Dan ikan kecil muda itu kaget tak alang-kepalang saat diserang. Tapi dia tidak hilang akal. Cepat meliuk, menyelip di sela karang. Lama ia sembunyi di situ. Merenung. Dia sadar hari-harinya akan tambah sulit. Ikan seperlima dan seperempat besar akan lebih banyak dan sering menyerang.

Tetapi ikan kecil muda itu juga gembira. Peristiwa itu pertanda ia makin dekat pada cita-cita: jadi ikan besar. Tambah besar pohon, tambah banyak dan besar angin datang, renungnya. Jadi tak perlu takut, bisiknya menyemangati diri sendiri.

Dan ia memang tidak takut, hanya lebih waspada. Laut bukan cuma berisi ikan pemangsa. Laut amat luas. Di dalamnya ada bukit, lembah, rumput, pohon, bunga dan batu karang. Semuanya berkah tidak terpermanai bagi ikan kecil berotak besar untuk perlindungan diri. Seraya tumbuh jadi besar. Nelayan saja tak semua dapat mencapai bagian-bagian laut seperti itu. Kecuali nelayan tua dari Teluk Meksiko itu, tambahnya buru-buru. Atau nelayan Indonesia tempo dulu.

Dia keluar dari sela karang, mulai lagi memangsa ikan lebih kecil. Sangat tak diduganya kawasan itu begitu melimpah dengan makanan. Maka ikan kecil muda itu memutuskan tinggal sementara di kawasan itu, menghindari bahaya, sesekali saja ke bagian-bagian laut yang lain. Dia harus menumbuhkan tubuh lebih besar. Lagi pula, dari kawasan itu bisa didengarnya suara ikan besar yang dia tinggalkan. Juga baunya yang anyir tengik, dibawa arus dan air yang bergetar. Ia bayangkan ikan besar itu melaju pongah, saudara-saudaranya berenang di sekeliling tubuh tambun itu berebut remah.

Tidak. Kini dia tidak tega memaki ikan-ikan kecil itu tolol dan bodoh. Justru setelah berpisah ia memaklumi derita mereka. Saudara-saudaranya sudah terlalu lama dicekam ketakutan dan diperbudak, mengikis keberanian serta kemauan untuk bebas. Mungkin dulu ada yang mencoba pergi dari ikan besar itu, tapi kemudian mati. Yang tinggal ketakutan dan mandah saja diperbudak.

Tapi aku tak takut mati, pikir si ikan kecil. Walau mati paling elok agaknya di tangan nelayan tua dari Teluk Meksiko. Aku akan kembali, membebaskan ikan-ikan itu dari ikan besar!

Ikan kecil muda itu berenang dari karang ke karang sambil melahap ikan lebih kecil yang begitu banyak. Dia begitu bersemangat. Amat bersemangat. Dan baru sadar bahaya mengancam saat tiga ekor ikan seperempat besar menyergap. Ikan kecil itu berkelit, meliuk ke sela karang. Tak urung daging lambungnya yang mulai tambun robek diseruduk, menampakkan tulang. Darahnya mengalir memerahkan air di sekitar karang.

Ikan kecil muda itu terengah-engah. Ikan seperempat besar tambah beringas mencium darah. Namun mereka tak bisa menjangkaunya. Ikan kecil muda itu aman di sela karang, dengan nyeri menggigilkan tubuh. Lukanya parah. Dia kemudian tahu ajal mendekat. Tapi ia tak mau tinggal rangka di tempat itu. Ia harus menemukan ikan besar itu. Menjumpai ikan-ikan kecil.

Setelah ikan pemangsa pergi, ikan muda itu keluar dari sela karang, berenang terseok-seok. Tubuhnya kian lemah. Tapi ia harus menemukan ikan besar itu. Harus. Bersua ikan kecil yang mengelilinginya. Ia ingin berkabar pada mereka, betapa indah dan luasnya laut. Tubuhnya kian lemah. Tetapi ikan muda itu terus berenang, terseok-seok. Ia ingin mengabarkan pada ikan kecil, bukan hanya yang mengelilingi si ikan besar, melainkan semua ikan kecil. Bahwa alangkah nikmat maut sesudah mengarungi laut luas dengan bebas.

***

Sebelumnya: Ikan Kecil di Sekeliling Ikan Besar 1