Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Ikan Kecil di Sekeliling Ikan Besar

Cerita Pendek Adek Alwi

IKAN-ikan kecil berenang di sekitar ikan besar. Merapat ke tubuh ikan besar yang terlihat segede gunung. Berseluncur di punggungnya yang melengkung.Ikan besar senang dikelilingi ikan-ikan kecil. Selain tak layak dimangsa karena terlalu kecil, hanya nyempil di gigi bila dilahap, ikan-ikan kecil adalah pesuruh yang tak perlu disuruh. Tahu tugas kewajiban: membersihkan lumut, jamur, kutu-air, atau sampah laut yang tersangkut di tubuh ikan besar.

Karena itu, ikan besar sesekali menyerakkan remah-remah dan ikan-ikan kecil berebut penuh suka-cita. Sesekali pula, jika iseng ikan besar tiba atau memang dia perlukan, ia ngangakan mulut lebar-lebar dan ikan kecil menyelam menyuil-nyuil sisa makanan di sela giginya.

Begitulah mereka hidup sehari-hari sambil berlayar di laut dalam, dingin dan bergelombang. Ikan kecil nempel di tubuh ikan besar seperti manusia kecil merapat di sekitar orang besar. Ikan kecil hidup dari remah ikan besar, lumut, jamur, kutu-air dan sampah laut yang tersangkut.

Ikan kecil bahagia dengan kehidupan seperti itu. Sejak kakek ke ayah dari ayah ke anak tak berubah bunyi nasehat di dunia ikan kecil: "Jangan sekali-kali mimpi jadi besar. Hidup kita sudah enak, aman dan nyaman. Sekali kalian membesar dilahap ikan lebih besar. Lebih besar, dimangsa ikan seperempat atau sepertiga besar. Makin besar, berhadapan kalian dengan ikan besar!" Ikan-ikan kecil gemetar mendengarnya. Mencamkan dalam hati, mewariskan pada ikan-ikan kecil yang lahir belakangan.

Tapi seperti di manapun yang muda-muda alot diyakinkan. Ada saja yang mau hal baru, rindu mencoba yang belum dialami. "Masak berenang hanya di sekeliling ikan besar. Tak boleh ke mana-mana. Dilarang jadi besar. Huh! Akan aku buktikan semua itu tidak benar. Cuma tahyul!" kata seekor ikan kecil muda bandel.

Ikan-ikan kecil lain, lebih-lebih yang tua, mengingatkan pikiran itu berbahaya. Nyeleneh. Tapi ikan kecil muda bandel tak peduli. "Biar!" dia bilang. "Aku tidak mau kerdil selamanya! Tak mau terus-terusan makan remah! Tidak mau jadi tukang sikat jigong dia terus!" dan ditunjuknya kepala ikan besar dengan kurang ajar.

Gemparlah ikan kecil di sekeliling ikan besar. Ikan kecil muda itu benar-benar kelewatan. Tak tahu diuntung. Kualat. Tapi mereka pun hanya bisa ternganga. Kasak-kusuk berbisik seraya melirik ikan besar dengan cemas. Dan ikan besar terus melaju, sibuk mengincar mangsa, seolah tidak mendengar apa-apa.

"Mengapa kalian diam?!" ikan kecil muda itu kembali berkoar. "Dengar! Aku ingin jadi ikan besar. Bahkan lebih besar dari dia!" Dan, kali ini ia pantati kepala ikan besar dengan sangat kurang ajar.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Diingatkan sudah, dinasehati sudah. Ikan kecil muda tetap bandel. Maka ikan-ikan kecil di sekeliling ikan besar menempel kian rapat ke tubuh ikan besar, berlayar di laut dalam, dingin dan bergelombang.

Tinggal ikan kecil muda itu sendiri. Tapi memang dia yang tidak mau bersama lagi. Ia ingin membesar dan tidak takut sendiri. Dia sudah kenal ombak dan arus, juga lekuk-lekuk laut. Bahkan bau serta gelagat ikan pemangsa atau yang ingin menjadikan dia pesuruh seperti ikan besar yang ditinggalkan, dia tahu. Ia tidak akan melawan arus atau ombak karena itu konyol. Ia akan ikut arus saja, tapi tak sampai hanyut. Ia akan meliuk dalam arus atau ombak. Waspada terhadap ikan pemangsa atau yang bernafsu menjadikan dia budak.

Juga terhadap nelayan, walau ini tak perlu benar ia kuatirkan. Ikan kecil muda itu tahu dia berkeliaran di perairan Indonesia dan di sini tak lagi ada nelayan tangguh yang melaut hingga jauh bak tempo dulu. Atau seperti nelayan tua Ernest Hemingway yang sendiri di laut lepas berpuluh hari di Teluk Meksiko. Juga seperti nelayan muda Yukio Mishima, Shinji-san, yang melaut di Teluk Ise dekat Pulau Uta-Jima. Nelayan Indonesia kini loyo dikentuti nelayan asing, dan pemimpin negeri itu tak punya waktu mengayomi karena sibuk korupsi.

Tapi, andai nelayan Hemingway atau Mishima melaut hingga perairan ini lalu menangkapku, pikir ikan kecil muda itu senyum-senyum menikmati kebebasan, aku malah merasa terhormat. Nelayan tua Hemingway mencintai laut seperti menyayangi perempuan. Mati di tangannya tentu nikmat. Dan si Shinji-san, pasti menyerahkanku pada Hatsue, pacarnya. Gadis pencari mutiara itu akan menyentuhku dengan bibirnya yang indah, menggigitku pelahan dengan gigi bergingsul laiknya gigi gadis Jepang.

Selanjutnya: Ikan Kecil di Sekeliling Ikan Besar 2