Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kumpulan Cerita Pendek
Kisah-kisah hidup manusia
 

Memang, sekali dua, ada beberapa kelompok awan bergelayutan. Tetapi warnanya agak kehitaman. Tentu saja warna tersebut berpadu dengan warna tirai, gelombang, dan hamparan batu di bawahnya. Perpaduan yang dibatasi oleh suatu jarak. Cuma jangan lupa dulu, awan hitam itu pun kemudian begitu cepat sirnanya. Seperti ada yang mengheretnya setiap kali muncul; mungkin anginlah itu, tetapi yang pasti, gerakannya tampak horizontal dalam satu arah yang senantiasa bervariasi --artinya pada kesempatan tertentu menuju selatan, tetapi pada kesempatan lain ke utara. Barat dan timur, juga menjadi tujuan angin.

Ya, seperti diheret dan awan mengikutinya dengan terpaksa. Maka tak heranlah kalau bentuk awan yang semula hampir bulat -mengumpul--kemudian menjadi memanjang. Perubahan bentuk yang diikuti oleh suatu tarikan gerakan yang horizontal. Tampaklah gerakan awan itu susul-menyusul, kemudian hilang dari pandangan. Meskipun demikian, kesan yang dibuat oleh gerakan awan tersebut tentulah cukup khas. Pasalnya, bagaimana pula orang dapat melupakan gerakan pada tirai batu yang vertikal tadi, seperti melambung dari perut bumi. Apalagi mengingat gerakan pada gelombang batu yang sejajar dengan gerakan awan walau lebih cepat, kesan persilangan warna dan gerak, tentu menjadi lebih kuat.

Apakah yang dapat dirasakan ketika dalam pemandangan semacam itu, hidung kalian menangkap bau yang lain, teramat lain. Mungkin bau benda yang terbakar, mungkin amis, mungkin anyir, antara busuk dan tidak. Harum? Bisa jadi ya, harum. Tapi pasti tak terus-menerus bau semacam itu menyumbat hidung. Ada kalanya bau amis saja, anyir saja, bahkan harum saja. Sekali waktu, semua bau menerpa hidung, tetapi di lain waktu, tak ada sebarang bau tercium pun. Mungkin bukan tak ada bau, lebih tepat dikatakan ada kalanya, hidung hanya menangkap bau normal dan begitu biasa kalian hirup sepanjang hari.

Angin selalu berganti arah pula, tak luput dari tugas menebar bau. Ketika udara bergerak tersebut menuju tempat kalian berdiri, sudah barang tentu bebauan begitu menusuk. Apa pun bau seperti menjelma sebagai benda yang panjang dan membentuk dirinya sesuai dengan bentuk wadah atau lembaga atau sosok yang disentuhnya. Maka jadilah setidak-tidaknya bau tersebut seperti lubang hidung, sehingga dirasakan kehadirannya secara fisik.

Merasakan kehadirannya secara fisik, mungkin kalian akan coba merabanya, memegangnya, dengan berbagai maksud. Ketika bau yang tak sedap memenuhi rongga hidung, kalian tentu bermaksud membuangnya jauh-jauh. Membantingnya di atas tanah, mengenyahnya ke mana saja asalkan bau itu hilang. Tetapi tidak, tidak. Meskipun kehadirannya dapat dirasakan secara fisik, bau tersebut tak dapat diraba, tak dapat dipegang. Sehingga harap maklum, kalau kalian tidak dapat menyingkirkannya, tidak mungkin meniadakannya. Cuma saja kalian terus berusaha untuk itu, sekurang-kurangnya menggisalkan hidung yang tak banyak membantu upaya tersebut.

Fuit... fuit...fuit...
Itu mungkin suara hidung kalian. Suara yang berkali-kali terdengar. Suara yang mungkin menambah keragaman suara di tempat itu, di tempat kalian berdiri. Memang, mana mungkin pula kalian menghindar dari suara-suara yang begitu saja --tanpa perlu bertanya-- kalian sebut sebagai suara yang diakibatkan oleh gulungan dan tirai batu.

Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak...
Buar...
Bum, bar, keletak, keletuk...
Pus... dar…
Keletas...tas...keletak...
Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak...
Bum, bar, keletak, keletuk...
Buar...
Pus...dar...
Siung...
Sing...
Buar...buar...buar...
Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak...
Keletas...tas...keletak...
Bum, bar, keletak, keletuk...
Buar...
Pus...dar...
Siung...
Sing...
Buar...buar...buar...
Grrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr...
Dam...
Dam...
Dam...dam...dam...
Dam...
Dam...
...
Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak...
Buar...
Bum, bar, keletak, keletuk...
Pus...dar...
Keletas...tas...keletak...
Keletak, keletuk, tuk tuk, tak, keletak...
Siung...
hSing...
Buar...buar...buar...
Grrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr...
Dam...
Dam...
Dam...dam...dam...
Dam...
Dam...
...

Ya, daerah kami menunggu takdir buruk; inilah sesuatu yang pasti, lalu mengapa masih ada ketakutan dalam menghadapi kepastian?

Sayang, kalian tidak bisa memerhatikan, mencium, dan mendengar, segala sesuatu yang terjadi di depan mata berlama-lama. Meski tidak perlu bergegas benar, tak perlu sigap benar, pastilah sekurang-kurangnya kalian begitu bimbang terhadap gulungan dan tirai batu yang akan sampai pada tempat kalian berdiri. Melapah kalian, menggulung kalian, membolak-balik kalian, mengayak-ayak kalian. Sampai semua tulang kalian hancur lumat, daging menjadi bubur cair --hampir menjadi kanji. Sampai tulang tidak bernama tulang, sampai daging tak bernama daging.

Next
Previous